Sabtu, 18 Agustus 2012

Sekedar Cerita

Ternyata perlu lebih dari kelebatan ide untuk menulis, dan parahnya yang mau ditulis juga cuma pengalaman pribadi yang sebenarnya ga terlalu penting (buat orang lain)

Cerita bermula saat memasuki ramadhan, kesungguhan hati untuk melengkapi setengah dien bersama yang tercinta terikrar kuat, sehingga skripsipun bukan menjadi prioritas utama, berjalan tanpa beban, selesai semester ini syukur, ga juga masih ada semester depan.

Tapi, cerita yang allah kehendaki lain lagi, bermula dari konsul skripsi yang berjalan tanpa beban dan paksaan itulah icha dapat kabar kalau sidang skripsi akan diadakan lagi tanggal 2 Agustus 2012, cuma 4 hari (dari tanggal 30 Juli 2012), dan hidup dalam tekanan tinggipun dimulai.

30 Juli 2012,,,
setelah konsul sama pak dianta,
Pemberkasan sidang skripsipun dimulai, melengkapi tanda – tangan para dosen yang masih ada dikampus, membuat janji ketemu dosen-dosen pembimbing yang saat itu lagi PLPG semua, saat – saat ini masih belum tau kalau 3 hari kedepan hidup nyaris tanpa tidur.

31 Juli 2012
Bina Insan Citra, Depok, jam 9-13
Ketemu bu Siti, Bu Tuty, dan Bu Endang, ternyata masih harus banyak revisi, saat ini mikirnya its ok, toh bu siti dan bu Tuty sudah tanda tangan tinggal besok balik lagi ngejar revisian dari bu Endang.

Setelah itu ke 106, minta beberapa data mutakhir untuk dimasukin ke slide (rencananya)

Balik ke Kampus urus printilan-printilan yang kesannya ga penting tapi ngaruh banget untuk sidang besok.
Terus ke rumah umi, mabit disana, karena besok pagi musti kudu’ wajib balik ke graha bina insan citra yang didepok itu, sebelumnya disempat – sempatin ke rumah dulu bawa senjata perang yang lebih lengkap. eh, malah ketiduran 1 jam-an lah, saking cape fisik dan hatinya.

Dirumah umi, ngerjain revisian dari jam 8 malam sampai jam 4 shubuh, langsung cap cus ke rental terdekat, -yang buat icha terharu- itu rental sengaja disewa umi untuk icha ngeprint, jadi selepas shubuh icha langsung bisa ngeprint. TT-TT

1 Agustus 2012, Bina Insan Citra, Depok – Kampus – Sekolah

Jam 6.30 icha sudah nongol di Graha Bina Insan Citra, sms bu Endang, disuruh tunggu, jam 8-an baru bu Endang bisa menemui icha, ternyata masih aja salah, entah karena mendengar sesuatu yang ga enak atau karena memang psikis icha sangat tertekan, akhirnya icha nangis disana, dihadapan DP I icha, rasanya setelah itu beban icha sedikit terangkat —ternyata nangis itu berguna juga loh—, perjuangan itu akhirnya berbuah izin untuk ikut sidang skripsi, walaupun revisiannya sangat banyak.

Pulang, mampir lagi kerumah umi bawa perlengkapan yang masih ditinggal disana, terus sempat berencana ke kampus, alih – alih langsung ke kampus malah ketiduran 1 jam-an, setelah itu baru kekampus sebentar untuk —lagi— melengkapi printilan dan apdet info – info soal besok, setelah itu pulang, menunggu maghrib. Sekalian telepon orang – orang yang menurut icha penting buat icha, kasih kabar kalau icha akan sidang besok. Sampai titik ini Aa masih belum icha kasih kabar, entah dengan alasan apa, padahal Ibu sudah icha telepon mengabarkan besok icha sidang, dan yang membuat icha takjub adalah, icha menepati janji selintas yang icha ucapkan ketika terakhir kali kerumah ibu, Icha akan sidang 2 minggu setelah SHP, dan Icha, alhamdulillah atas seijin Allah, memenuhinya.

Selepas berbuka, karena tinta printer abis, icha kabur ke sekolahan, tentu setelah izin sama pak Kepsek untuk pake fasilitas sekolah untuk skripsi icha, alhamdulillah punya kepsek yang luar biasa baik, jiyeeeeh, hahaha

Ditemani mama, semalaman itu icha begadang, berharap waktu berhenti sebentar saja, rasanya cape luar biasa, mama berkali bilang, kalau emang ga kekejar, ya ga usah memaksakan diri, dan icha selalu menjawab, bisa ma, insya allah, mama percaya aja kalau anak mama ini bisa ngejar sidang besok.
Apa memang icha seyakin itu?

BIG NO

Di pertengahan jalan, ketika jam menunjukkan pukul 1 malam dan revisian belum selesai, baru seperempatnya, kilasan pikiran untuk berhenti sering banget melintas, padahal ga susah loh untuk saat itu icha bangunin mama —yang saking lamanya icha ngerjain skripsi sampai tidur di bangku ruang kantor guru— dan bilang, ma, maaf, icha ga jadi lagi lulus semester ini, tapi, alhamdulillah icha urung melakukan itu.

Tiap kali melihat wajah mama, rasanya semangat itu kembali membuncah, HARUS!
itu kata – kata yang berdengung ketika kilasan putus asa menghampiri, belum lagi papa yang berkali -kali telepon tanya sudah sejauh apa perkembangannya. Dan mereka – mereka, yang icha telepon sore tadi, dan tentunya, laki – laki itu, yang tanpa icha sadari, juga mengharapkan kelulusan icha.
huaaa, kalau diinget lagi, kejadian semalam itu berubah jadi trauma buat icha, seriusan, icha jadi agak gimana gitu kalau mau ketemu sama dosen – dosen yang berhubungan dengan skripsi icha, suka keingetan sama tahapan – tahapan sampai skripsi icha jadi kayak sekarang.

Back to icha’s story..

2 Agustus 2012, Sekolah – Kampus
jam setengah 5, skripsi icha rampung, dengan kepala kliyengan, icha kendarai motor pulang, sebelumnya, mama sudah pulang dijemput papa, dan skripsi icha tinggal di perbanyak dan dijilid, dan papa, yang berkorban ke Jalan Waru melakukannya untuk Icha.
sampai rumah, langsung ambruk ditempat tidur, tidur sampai jam 6 pagi, langsung siap – siap ke kampus, hati mulai dag – dig – dug ga jelas, papa pulang, dan sengaja icha ga liat lagi hasilnya, karena kalau hasilnya mengecewakan, icha menghindari marah atas usaha papa demi icha.
dan,,,
ternyata benar, sampai kampus ternyata jilidannya harus dibuka ulang, beberapa halaman harus diperbaikin. Fokus ke sana icha lupa sama hal yang paling penting, SLIDE SIDANG!

Udah feeling bad deh waktu sadar slide belum dibuat, dan ternyata benar, icha maju pertama, rasanya semua darah di wajah berubah bening, hehehe, pucet seketika pas nama icha dipanggil untuk maju pertama, bukan karena ga nguasain skripsi icha, tapi karena slidenya belum jadi,, data – data yang dipake masih data – data SHP. hiyaaaaaaaaaa.

Ujung- ujungnya icha disuruh keluar dulu, dipanggil lagi kemudian untuk maju kedua, dan seperti pepatah bilang, berakit-rakit ke hulu berenang -  renang ketepian, pas icha maju, 2 dosen pembimbing dan 3 dosen penguji, semua lengkap ada dihadapan icha, momen jam 10 – 11 siang itu terasa benar – benar “nothing to lose”, baru kali itu icha menghadapi juri – juri endonesia idol, hehe, dosen – dosen penguji dengan sangat percaya diri, berani mempertahankan pendapat dari pak ari dan pak dianta. jiyaaaaaaa, dan yang terpenting, karena langsung diuji 5 dosen, sekeluarnya icha dari ruangan, icha ga perlu menghadapi dosen lagi, dan endingnya, di koridor gedung N itu, icha tidur, 1 jam lain yang dikasih allah untuk tidur, alhamdulillah….

Jakarta, Kamar Tercinta, 18 Agustus 2012, 10:16
Untuk mama, papa, ajo aish, daffi, dan mas eka