Jumat, 19 April 2013

(JalanJalan) Museum Bank Indonesia

Bismillah...

"Ketika segala cara ditempuh untuk bersama suami ketika suami libur sedang diri ini masuk, maka akan berakhir dengan liburan yang sangat menyenangkan"

Ahahahaha

Sebenarnya ini hari terakhir maksa Icha dan Mas Eka liburan. Duit sudah makin menipis, tapi keinginan untuk melanglang buana tetap besar. Ahahaha.

Sesudah kemarin jalan-jalan ke Dufan, yaaah, dengan diskon 50% perorang, berarti rata-rata karena cuma berhasil main 4 permainan, maka permainan harganya sekitar 31.250 perak ya, mihiiiil.

Okeh, hari terakhir liburan ini Icha sempat mengidekan untuk jalan-jalan aja naik motor (Menghitung lampu merah judulnya - seolah Icha lupa kalau Jakarta itu Muaceeetnya luar binasa -)

Terus tiba - tiba keingetan Museum Bank Mandiri, mumpung si Daffi Ndut lagi libur, sekalian aja ajak anak itu, walau ternyata tidak mendapat izin dari papa. Poor Daffi.

Yang awalnya mau naik kereta api, malah berangkat naik motor. Ehehehehe.

Jam 9 pagi berangkat, mampir dulu ke Galeri XL, jam 10.53 sampai di parkir Museum Bank Indonesia. Mikirnya, wah, ini mah salah alamat, kan mau kesebelah.

Alhasil, tetap coba masuk dulu lah kesini.


Ini Umbul-umbul depan museum
 Coba masuk ke sini dan agak bingung karena sejujurnya ini perjalanan pertama ke Museum Bank Indonesia. Ternyata masuknya GRATIS. Bahkan ga perlu isi buku tamu (Kan kalau di Museum Bank Mandiri harus ini buku tamu dulu ya. Kalau disini tidak)

Pintu masuk ke Museum Bank Indonesia
 So Classic deh ini pintu, suka lihatnya, di meja depan itu bisa ambil tiket masuk gratis.
Boleh kakaaaaaak, mau simpan uang berapa? saya jadi Tellernya deh. Agak mistis yah masuk nih ruangan :P
 Foto diatas ini letaknya didepan meja ambil tiket. Ini adalah ruang Teller (Ruang ambil dan tabung uang). Keliahatan jadul dan aura mistisnya, ahahaha, bercanda deh.

Tiket GRATIIIIIIISS

Diresmikah oleh @SBYudhoyono
 Sebenarnya setelah ambil tiket, masih ada sebuah ruang lagi, diruang itu memperkenalkan tentang awal penjelajahan Samudera orang barat hingga sampai di Indonesia, bahkan ada beberapa nama yang Icha baru kenal dari dinding museum ini.

Agak mistis ga sih liat seragam -seragam dibawah ini. Bayangin deh ini seragam dipakai ratusan tahun yang lalu, dan mungkin saja orangnya sudah mati (walau juga bisa ini cuma replika tapi tetap bisa buat agak ciut gimana gitu kan).

Ini seragam dari para penjajah Belanda.
Seragam Penjajah Jepang di Indonesia

Baju Khas para pejuang Kemerdekaan

Baju seragam TRI (kali yah)
 Sebagai orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Museum Bank Indonesia, semua hal jadi sangat menggairahkan disini. Saking banyaknya info yang bisa Icha serap disini, pengen deh ini semua di catat dan dibaca lagi kemudian hari. Huahahaha.

Salah satu info asik adalah tentang oh ternyata, di Indonesia pernah ada uang provinsi toh, juga bisa melihat beberapa kebijakan yang pernah di ambil di Indonesia terkait dengan bidang moneter.

Uang dari berbagai provinsi di Indonesia awal kemerdekaan

Uang dari beberapa Provinsi di Indonesia di awal kemerdekaan



Lambang De Javasche Bank pada tahun 1870-an terdapat pada uang kertas

Ini Lambang De Javasche Bank pada tahun 1918

Lambang De Javasche Bank pada tahun 1930

Masih pada tahun 1930 (












Selain lambang - lambang itu, ternyata selama perjalanan banyak Icha temui hal - hal menarik, tentang bagaimana kondisi perekonomian dan kebijakan - kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia terutama di saat - saat genting *apalah Icha*

Yang menarik lagi dimata Icha adalah ruang merah yang menandai masuknya Bank Indonesia pada periode ke-5 dalam sejarah berdirinya.

Ruang Merah, Sejarah Merah, Ekonomi Merah

Masuk ruangan ini suasana agak mencekam, ditambah dengan bacaan - bacaan yang cukup menguras emosi ya, secara Icha kebetulan juga hidup diperiode itu. Menjelang keluar ruang merah (Icha mulai deh menamakan semaunya ruangan ini), ada pemandangan yang menarik. Ada beberapa jejer telepon yang terbuat dari gabus. Yang Icha ingat dari tulisannya adalah...

"Pada masa ini telepon tidak berhenti berdering, baik dari para pemilik modal maupun nasabah, dan para pemangku jabatan melakukan rapat intensif untuk mencari pemecahan terbaik dari krisis." <--- Ini sih intisarinya ajah yang Icha ambil.

Telepon krismon

Eh ternyata sempat Icha foto deh penjelasannya...
Setelah itu Icha dan Mas Eka melanjutkan perjalanan lagi, nyasar ke pameran Lukisan dan Bazaar Batik di Pekan Edukasi. Terus mau nyasar lebih jauh, untungnya segera nyadar kalau sedang nyasar, akhirnya masuk ke sebuah ruangan yang disebut dengan "Ruang Hijau".

Di "Ruang Hijau" ada jam gandul hadiah dari Bank Nasional Belanda (saat itu) untuk De Javasche Bank (Bank Jawa). Jamnya sih di tembokin ke dinding gitu, terus diruangan itu juga ada kaca Patri yang menggambarkan ragam "Bumbu Dapur Senilai Emas".

Sempat foto - foto dibeberapa spot (tapi berhubung fotonya ada kitahnya, jadi ga bisa dibagi dimarih dah), terus jalan ke ruang koleksi uang (NUMISMATIK), saking banyaknya tuh koleksi, sampai Icha ga terlalu semangat jalannya, malah si mas yang asik muter-muter disepanjang ruang itu. Ahahaha, ternyata Icha tertarik dengan sejarahnya tapi tidak terlalu tertarik dengan uangnya. Apalah Icha ini...

Turun langsung ke Masjidnya ditengah hujan gitu, Masjidnya keren banget deh menurut Icha. Disekeliling Masjid ada kolamnya, tempat wudhu akhwatnya juga lumayan asik. Walau mesti basah - basahan menuju Masjid, tapi ternyata masjidnya juga tidak mengecewakan.

Yang bikin Icha kecewa disini cuma ada 2:
- Wisatawan yang tetap MENYALAKAN BLITZ-nya padahal sedari mau masuk sudah dikasih tahu sama penjaganya untuk tidak menyalakan Blitz. Dengan penerangan yang redup seperti itu, ANNOYIIIIIIIIIING banget deh orang - orang kayak gitu, nuansa syahdunya agak berkurang yah...
- Berhubung maksa liburannya berbarengan dengan libur UAN anak kelas X dan XI SMA, Museum BI jadi rameee bueeet dah sama anak - anak itu. Apalagi diruang koleksi uang. Hiks.

Selesai makan di Bazaar Makanan dibawah, Mas mengusulkan untuk coba masuk ke Museum Bank Mandiri, Huaaaa, kuciwaaaaa sangat saia.

Berlangsung sangat cepat kunjungan ke Museum Bank Mandiri ini, karena bingung mau lihat apa dan nuansanya yang spooky banget (nah loh).

1 Maret 1969 jatuh pada hari Sabtu. Ahahaha
 Foto diatas adalah foto kalender peninggalan Bank Ekspor Impor (EXIM) bertahun 1969.

Terakhi kali lihat ATM model begini dimana yaaaa? Pernah liat tapi lupa dimananya

Lanjut ah,,,
setelahnya, mampir sebentar di ASEMKA, rencananya mau beli jam 10ribuan, lah Icha-nya lupa kalau jam 10 ribuan itu adanya didepan stasiun Kota. Akhirnya Icha dan mas memutuskan untuk pulang saja. Jreeeng - jreeeng butuh waktu 1 jam untuk muter dari Museum Bank Indonesia ke arah Harco Mangga Dua, sungguh amejing...

Pulang dalam keadaan kuyup, dan setelah diitung - itung, horeee, kami berhasil liburan hemat hari ini :)

Dialami : 18 April 2013
Ditulis : 19 April 2013
Diselesaikan : 21 April 2013

Tangerang, 21 april 2013

Senin, 01 April 2013

Lelaki Egois

Catatan di akhir bulan

bismillah

31 Maret 2013, seorang teman kelas dikampus, Andri Setianto menikah dengan Inggrit, di SMK57. Dan hari itu juga jatah Icha dan mas Eka menginap di Tangerang. Hari ini tidak terlalu spesial (kecuali buat Inggrit dan Andri ya, ahahaa) jika saja tidak ada kejadian-kejadian berikut ini.

Pagi, jam 05.00, sudah bersiap untuk lari pagi ke Summarecon Tangerang, targetnya pasar Kelapa Dua, sekolah Pahoa (yang dikemudian saat akan menjadi sekolah yang Icha kagumi karena letaknya yang eksotis). Setelah persiapan selesai, kami berdua berangkat. Jangan bayangkan olahraga pakai acara lari beneran ya. Dengan body segede ini, kebanyakan yang lari itu mas, dan Icha dengan setia ngintilin mas dibelakang ngos-ngosan. Ahaha.

Jam 8.00, sampai lagi kerumah Ibu. Nah dari sinilah Icha kemudian agak keki gimana gitu sama Mas Eka, lah orang mau pergi kok pake acara bakar sampah dululah, nyuci motor dulu lah, terus leyeh-leyeh dulu lah. Waaaat?

Selesai semuanya jam 10.00.

Muka Icha?
Udah pasang ekspresi datar deh pokoknya. Ga cemberut, cuma datar. Itu ekspresi andalan yang semua orang tau artinya, Icha ngambek. Ahahaha.

Dirayu-rayu sama si Mas, sampai si Mas juga ikutan ngambek, akhirnya agak tegang aja suasana kamar.

Walau gitu, akhirnya jam 11.15, berangkat juga ke tempat undangan andri. Agak ketar-ketir, lah orang undangannya cuma sampai jam 13, ini hampir jam 12.30 baru berangkat, oalaaah nduuuk.

Nah peristiwa dijalan ini lah yang bikin Icha makin jatuh hati sama Mas Eka. Walau beberapa kali Mas Eka sempat berkata "kayaknya ga akan nyampe deh."

Tapi Mas Eka tetap usaha penuh untuk sampai, dan bener aja, 12:45, kami sampai di TKP.

Pas sampai dirumah lagi, ditempat cucian motor tepatnya, ketika Icha tanya kenapa tetap maksa untuk sampai disana, mas cuma bilang "karena kamu berharap bisa ketemu teman-teman kuliahmu di tempatnya Andri, dan aku tahu kamu akan bahagia dengan itu".

Rasanya langsung mencair, ternyata suamiku adalah laki-laki yang egois. Ego terbesarnya adalah kebahagianku. Sering kali demi memnuhi egonya itu, suamiku tidak lagi melihat kondisinya sendiri, demi melihat senyumku, demi melihat aku bahagia tak apa jika dia berusaha lebih. Masya allah, semoga allah selalu memberkahimu suamiku sayang, melindungimu dimanapun, kapanpun, sekalipun tidak ada satupun manusia yang mampu melindungimu.

Sampai dirumah mama, mas tepar. Tidur sebentar-sebentar mengisi jeda shalat ke shalat, dengan meminta maaf, mas berkata, maaf ya, tenagaku habis, dia yang biasa tidur setelah olah raga di ahad pagi, hingga jam 16 harus terbangun setelah semalaman Icha ajak nonton midnight.

Terima kasih, karena telah memilih aku dan mau kupilih. Terima kasih untuk cinta yang bertahan sekian lama, terima kasih.

Dedicated to Eka Dermawan.