Rabu, 31 Desember 2014

Melewati 2014

Dimulai dari mana ya?
Ah ya, bersyukur, Alhamdulillah..

atas hidup yang begitu indah, atas anugerah yang tidak berbatas, dan atas perasaan cinta dan dicintai yang begitu kental.

Ga bermaksud ikut - ikutan taon baruan, tapi memang lagi ingin menuangkan banyak hal yang dirasa dan dipikirkan beberapa hari terakhir ini.

Sekedar review momen - momen penting dalam hidup Icha 2014 kemarin.

Januari--> Adik Ipar Icha lamaran. Alhamdulillah :)
Februari --> Nothing Special
Maret --> Umur Icha nambah 1 Tahun lagi :P
April --> Umur mama nambah 1 tahun, Mas Eka nambah 1 tahun lagi, Kanty menikah, Mak Uwo meninggalkan kami untuk selamanya. Hmm, masih berat kok ya rasanya.

Mei --> Ga ada yang benar - benar nge-wow, cuma sekedar makin kuat keinginan untuk tinggal 1 kota sama Mas Eka.
Juni --> Resign dari SDN Cipinang Besar Utara 10 Pagi. Ajo Aish menikah. Mau curhat banyak, tapi ya sudahlah.
Juli --> Mulai fokus urus cari kerja di Tangerang Selatan, ditolak disana - sini. Lebaran kedua bareng Mas Eka.
Agustus --> Pindah ke Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan.

September --> Mulai jadi FullTime di Nurul Fikri Tangerang Selatan
Oktober --> Apa ya?
November --> Tes CPNS, saking ga niatnya ikut, Icha ga belajar, sibuk urusin Criminal Case, main sana sini sama Miong..
Desember --> Diterima sebagai CPNS Jalur Umum di Kabupaten Serang. Mba Dwi, isteri Ajo Aish keguguran (asli, rasanya sedih aja mendengarnya, soalnya bakal calon ponakan Icha yang harusnya lahir ga jadi lahir, yah walaupun usianya baru 3 bulan dalam kandungan)

Jadi, secara keseluruhan, hidup Icha itu terberkahi banget (Insya Allah), 2014 bukan hanya dilalui dengan air mata, dengan kehilangan Mak Uwo dan banyak perasaan useless dengan penolakan dan kekhawatiran sana - sini. Tapi juga di penuhi anugerah - anugerah yang tidak disangka - sangka datangnya. 

Icha benar - benar tidak merencakan untuk diterima CPNS, hey, gaji Icha di NF jauuuuuh lebih banyak dari gaji PNS golongan IIIA. Bukan tidak bersyukur, tapi keluarga Icha sedang membangun bukan?
- Dijewer Ayah terus diingetin alasan dan mimpi - mimpi kita - Icha dan Mas Eka- tetap memilih dan bertahan sebagai guru-

Tahun yang sempurna, karena semua yang terjadi sudah sesuai dengan ketetapan Allah, tidak ada penyesalan, berusaha menikmati setiap prosesnya.

Walau kami masih sama, masih sama - sama menunggu munculnya junior kami dalam rahim Icha, tapi kami kemudian hidup hari ke hari dengan keyakinan, segala sesuatu, selama itu berada dalam jalur yang benar, selama itu tidak melanggar aturan agama, norma hukum dan adat, all is well.

Intinya, Icha bersyukur atas tahun yang sudah berlalu, berharap yang terbaik untuk tahun yang akan datang.

Cilenggang, SERPONG

Jumat, 31 Oktober 2014

{ReviewSalon} Khumaira -Salon dan Spa Muslimah

Bismillah..

Hua, setelah 3 bulan pindah ke Tangerang Selatan, akhirnya nekad ninggalin makan siang demi memanjakan diri.

Kemarin Kamis, 30 Oktober 2014, Icha kabur pas jam makan siang di kantor ke Salon Khumaira, di Pamulang, Pondok Benda, Tangerang Selatan.

Khumaira
Salon & Spa Muslimah
Komplek Ruko Grand Akasia
(Depan Pom Bensin Parakan)
Pondok Benda, Pamulang
(021 - 92573565)
Buka Setiap Hari: 08.00 - 19.00

Sebenarnya udah pinggiiiiiiiin banget ke salon ini, soalnya terakhir ke salon memanjakan diri itu kan waktu di Cipinang ya, udah gitu ga terlalu enak pula.

Kalau lagi ngajar di NF Pamulang 2, yang mana deket banget sama ini salon, Icha suka ngintip- ngintip, berharap bisa mlimpir sejenak, dan alhamdulillah kemarin berhasil !

ehehehehe

Pas, masuk, diruang yang lumayan kecil ya lobby-nya, langsung di sambut ramah mba - mbanya. Terus nanya - nanya apa aja perawatannya, sekalian ambil brosur perawatannya.

Karena cuma punya waktu 1 jam, dan tubuh udah pengen banget dipijat - pijat, Icha cuma ambil Body Massage.

Sempat nunggu sekitar 30 menit, karena mba kapsternya sedikit dan lagi pegang costumer semua, Icha nunggulah ya.

Oh ya, selama nunggu ada welcome drinknya, semacam kunyit asam gitu tapi pakai jeruk nipis, nyuuuummmy, enaknya karena ada rasa - rasa asemnya.

Pas lagi nunggu, masuklah ibu - ibu yang mana ternyata udah booking tempat duluan, udah sedikit hopeless, kalau ga sekarang kapan lagiiiiiiiii?

Ternyata ibu - ibu itu cukup baik untuk mengalah karena beliau mau jemput anaknya di sekolah, Ooo yeeeey.

Capster yang pegang Icha namanya Mba Ratih, awal treatment, kaki Icha disuruh direndem di entah larutan apa, terus langsung pijet, awalnya, icha pikir ah mbanya biasa aja mijetnya, cenderung ga kerasa, ternyata, setelah berjalan, huaaaa enak banget pijetnya, semua pegel langsung ilang, dan bawaannya pas malam nyantai sampai ngantuk banget.

selesai pijat, Icha dikasih minuman wedang jahe.

Harusnya Icha bayar 45.000 karena lagi diskon, Icha cuma bayar 36.000

Insya Allah mau balik lagi kesini.
Untuk pertama kalinya, setelah 3 bulan pindah, Icha bangun dengan segar dan ga malas - malasan. Ahahahaha

Yes, Icha merekomendasikan salon ini, terutama mba Ratihnya. :)




Maafkan, brosurnya yang udah lecek, ahahaa.

Oh ya, disebelah Khumaira ada salon muslimah lain, namanya Naurah, belum coba yang ini sih, tapi kok yo mepet bener

Yang dulu:
Bafa dan Salon Hijau (Jakarta Timur)
Inan Salon, Khalifah

Senin, 20 Oktober 2014

Titik Nadir

Pernah ga merasa sedang ada di sebuah titik dimana semua terasa menekan, tapi dilain pihak, lo merasa hidup lo penuh?

Itu yang Icha alami sekarang, Icha frustasi menghadapi semua pertanyaan yang sepertinya cuma bisa dijawab sama waktu, tapi kurang sabar untuk menunggu jawabannya.

Icha, bahagia, sebagai isteri, sebagai pengajar bimbel, sebagai anak dan menantu.

Bahagia menjadi isteri dari seorang suami yang lumayan sabar (kecuali kalau beliau sudah sangat lelah)
Bahagia menjadi pengajar NF dimana semua terasa jauh lebih menyenangkan setelah masa - masa Ekonomi Mikro dilalui. (eaaa)

Bahagia lahir dari orang tua penuh cinta dan sering kali memikirkan Icha dalam doa, tidak menuntut ini itu dan lebih legowo akhir - akhir ini.

Bahagia menjadi menantu mertua Icha yang punya mertua perhatian tapi tanpa nyinyir akan keberadaan cucu yang belum ada dirahim Icha.

Disuatu sisi, Icha merasa hampa, semua kerja keras ini, semua kekosongan ini, seolah menumpuk tanpa bisa dinikmati oleh dia yang kami sebut anak.


Titik Nadir terekstrim Icha adalah merasa sia - sia ketika berdoa, merasa semua yang Icha pinta seolah tidak akan pernah terwujud, padahal banyak hal dalam hidup Icha yang terwujud dengan sempurna. Jangan lupa, kadang dapat bonus tambahan dari Allah. Bersyukurkah Icha?

--Nyaris Tidak--


Jumat, 10 Oktober 2014

Iseng (I)

Bismillah.
Ini curhatan Icha setelah hampir 3 bulan tinggal serumah sama Mas Eka setiap hari.
Kalau ditanya kesan dan pesan, rasanya karena masih baru agak aneh ya. What's new dalam hidup kami ya?

Yang jelas kehamilan yang ditunggu juga belum juga datang.
Terus, untuk pertama kalinya akhirnya Icha memutuskan untuk menjadi Tenaga Pendidik Full Time di NF Tangsel. (Yang rasanya absurd banget)

Rencananya, Insya Allah kami akan pindah kontrakan ke Jalan Cilenggang 3, kalau kemarin Jalan Cilenggang 2. Sudah dibayar untuk satu bulan ini, tapi kemungkinan akhir bulan baru bisa pindah.

Apa lagi ya?
Ayah yang lagi sibuk banget disekolah [ples] lagi kerasa banget sayangnya ke Icha (alhamdulillah), rasanya seperti pengantin baru lagi. Diantar jemput tiap kali mau ngajar.

Apalagi ya?

Udah ah, nanti dibuat aja curhatan iseng ke-2.

bhey bhey. lup lup. kis kis


Rabu, 06 Agustus 2014

Pindah.. Jakarta - Cilenggang

Setelah melalui 1 Tahun 1 Bulan "ngontrak gratisan" dirumah keluarga di Cipinang Besar Selatan, Icha dan Mas Eka memutuskan untuk pindah, merapat ke tempat Mas Eka bekerja di SMAN 12 Tangerang Selatan (FYI, Icha itu lulusan SMAN 12 Jakarta - Etdah)

Kalau ditanya kenapa milihnya merapat ke-12 bukan ke SMP PGRI 1 Tangerang jawabannya, karena disini masih banyak kontrakan yang manusiawi, dengan cost yang relatif lebih murah.

Maksudnya?

Ya, rumah kontrakan petakan di Tangerang Kota itu kecil - kecil dengan kisaran biaya 600-800 ribu, jauh banget bedanya sama Cilenggang.

Dan disinilah cerita dimulai.

Setelah memutuskan pindah, Icha pun resign dari SDN Cipinang Besar Utara 10 Pagi.

Yang sekarang kerasa kangennya sama bocah - bocah mantan kelas IV B. Ahhh, peluk peluk.

:D

Terus selama seharian menjelang lebaran, Icha dan Mas Eka baru sibuk cari rumah kontrakan, dapet sih, tapi malah jadi bencana pas kita akhirnya benar - benar pindah ke rumah itu. Terlalu menyakitkan untuk diceritakan. Skip aja deh.

1 Agustus 2014, akhirnya benar - benar pindah, setelah sampai di rumah kontrakan yang ga kita rencanakan awalnya, setelah mama - papa - daffi - ajo aish - nanung -  dan om pras pulang, baru deh kerasa sepinya.

Rumahnya sih lumayan lah ya, agak luas. Tapi belum di plafonin gitu, jadi cuma genteng (genteng sodara - sodara) dilapisin terpal. Hiks. Tapi karena darurat ya mau diapain lagi kan ya.

Hari pertama berjalan lancar ga ada hambatan. Setelah makan malam di Giant BSD Serpong, kami memutuskan untuk beristirahat.

Hari kedua, masih lancar sampai sore, tetibaan sehabis Maghrib lampu mati. Huaaaaa. Berhubung kerjaan Mas Eka masih menumpuk, "ngungsi" lah kita ke McD BSD. Makan malam sekalian, jam setengah 10 baru pulang.

Hari ketiga, pagi - pagi jalan ke Pasar Serpong. Beli rak jemuran, selang air untuk mesin cuci sekalian sama selang pembuangan airnya. Dan tau ga, ternyata harga di sini lebih mahal dibanding harga di Jakarta. Kisarannya beda 20 - 30 rebu. Waduh.

Hari keempat, Icha memutuskan untuk masak pertama dirumah ini. Untungnya jalan ke tukan sayur dari rumah ini dekat bingiiiits. Sampai tukang sayur bingung mau masak apa. rencananya mau buat sop buat si Mas. Dan tau ga, ditukang sayur dekat sini ga jual bumbu racik gitu. Yang ada bumbu sop yang plastikan tapi rempah - rempah gitu isinya. 

Icha sih emang ga pernah bikin sop pakai bumbu racik, palingan cuma bawang putih, lada bubuk aja. Tapi karena penasaran sama bumbu rempahnya, Icha belilah, ternyata pas dibikin... HUaaaaaaaa, enyaaaaak, maknyus, Masya Allah.

Di hari keempat ini juga lampu mati (lagi). Sebagai anak Jakarta yang lahir dan besar dan tumbuh di Jakarta, listrik itu kebutuhan vital buat Icha, ga ada listrik, TV, Laptop, Hape2 itu sekarat. Kebayang dong uring - uringannya Icha.

Udah ah, segini dulu curhatnya dilanjutin lain kali. Insya Allah

MST
Cilenggang (Sebuah KELURAHAN di sebuah kecamatan di sebuat KOTAMADYA Tangerang Selatan dengan taste Desa :P )
6 Agustus 2014

Senin, 07 Juli 2014

1 Tahun 6 Bulan 15 Hari

Duhai Suamiku sayang, untuk kali ini, izinkan aku menangisi kita.
Sesuatu yang jarang aku lakukan, sekalipun kehidupan ekonomi kita begitu beratnya akhir – akhir ini.
Sayang, apa yang salah pada kita?
Benarkah perasaanku yang bilang kita terlalu berlumur dosa hingga tidak Allah izinkan rahimku membesarkan keturunan kita?
Aku mencintaimu, sejak pertama, bertahun yang telah lalu, hingga saat ini. Alhamdulillah, tidak sekalipun rasa cinta itu berkurang, sekalipun kadang kita terlalu naif menjalani hubungan kita. Sayang, satu persatu, kakak dan adik kita menikah dan kemudian hamil.

Lalu perasaan jahat itu muncul. Perasaan iri dan jauh dari syukur. Padahal kamu terus mengajarkan padaku, bahwa bahkan tiap helaan nafas kita adalah nikmat yang tidak dapat dibayar. Bahwa dengan pekerjaanmu yang menggunung, sehat adalah anugerah tanpa batas.

Sayang, dikamarmu kini, aku menangis. Menangisi dia, anak kita, yang entah kapan Allah takdirkan tumbuh dan berkembang untuk dilahirkan dengan sehat dan lengkap. Aku membutuhkanmu sekarang, membutuhkan pundakmu, seperti pagi kemarin ketika tiba – tiba aku menangis.

Demi Allah, yang nyawaku ada dalam genggamanNya, aku bahagia, mereka, Kakak – Adik kita hamil terlebih dahulu. Seolah ada beban setoran yang akhirnya terlunasi untuk kedua pasang orang tua kita.

Tapi, aku pun tak sanggup dengan pandangan kasihan dari mereka. Aku hanya berharap akan pandangan cinta dan kasih sayangmu, karena dimasa tua nanti, jika memang kehendak Allah atas kita adalah tanpa keturunan, selamanya kita akan bergenggaman tangan.

Sayang...

Bukankah selama ini, walau tidak sempurna, kehidupan kita bahagia?

Walau sangat inginnya kita akan hadirnya anak – anak yang meramaikan rumah kecil kita ?

Ah sayang, perlahan air mataku mongering, derasnya tidak seperti tadi. Perasaanku penuh, mengingat janji yang Allah berikan untuk mereka yang bersabar.

Maafkan isterimu yang terlalu sering mengeluh, jauh dari syukur.

Sayang, lekaslah pulang, peluk aku dan bisikan lagi sabar ditelingaku, mungkin seringkali aku begitu bebal hingga bisikan lembutnya seolah semilir angina, atau kadang aku terlalu keras kepala sehingga semua nasihatmu bagai tidak membekas.

Bersabarlah sedikit lebih banyak lagi mulai sekarang, bisikan cinta lebih mesra lagi sekarang, bantu aku melalui masa sulit bernama cemburu.

Wanita yang selalu mencintaimu, selain ibumu.


Marrisa Syarif Tanjung

Jumat, 06 Juni 2014

40 hari Mak Uwo

inhale exhale...
inhale exhale...

Sebenarnya agak menyakitkan menulis tentang ini di blog.
Ada luka menganga yang belum tertutup, menerima, tapi nyeri seringkali menghampiri.

Hari itu, 28 April 2014, Mak Uwo meninggal. Tiba - tiba sesuatu yang memang kami prediksi (karena umur) terjadi, tapi seberapapun siapnya, kehilangan itu tetap selalu menyakitkan.

Sebagaimana perempuan Minang pada umumnya, Mak Uwo adalah sentral dalam keluarga, sekilas bagai tulang punggung keluarga (karena dimasa - masa mama kecil, Mak Uwo yang berjibaku masak didapur. Nyaris seharian, bangun jam 2 atau 3 pagi, ke pasar, kemudian didapur, nyaris sampai sore, sekalipun, seingat Icha, Mak Uwo punya beberapa karyawan dapur.)

Awalnya, Kamis, 24 April 2014, Mama telepon Icha, kasih kabar Mak Uwo masuk rumah sakit. Pulang sekolah, Icha ke RS. UKI di Cililitan. Ini untuk kesekian kalinya Mak Uwo masuk RS, beberapa tahun terakhir, perhatian kami tetap sama (semoga itu juga yang dirasa oleh Mak Uwo) ketika Mak Uwo masuk RS, tapi kali ini Mak Uwo berpesan untuk tidak mengabari saudara - saudara kandung Mak Uwo yang lain. Yang akhirnya menjadi bentuk sedikit penyesalan dari kakak - adik Mak Uwo yang lain mengapa tidak mengabari.

Sampai sana, jam 14, Mak Uwo sedang tidur. Tanpa bermaksud membangunkan, Icha duduk disisi Mak Uwo, tersenyum, melihat wajahnya yang sudah 26 tahun mengukir kehidupan Icha. 15 menit kemudian, seorang suster masuk, ngecheck alergi Mak Uwo, Mak Uwo bangun dan melihat Icha, sekedar kaget, lalu berkata, udara panas sekali. Tak banyak obrolan kami, karena memang Mak Uwo sedang kesakitan akibat perutnya yang terasa terbakar.

Foto terakhir Mak Uwo yang sempat Icha dokumentasikan di rumah sakit UKI, Dahlia, kamar 5


Sesekali Icha pijat - pijat kaki Mak Uwo, lalu mengipasi perut Mak Uwo, rasa panas ini, membuat Mak Uwo rewel, walau tetap sammbil tidur. Jelang jam 16, Icha sempat mengantar Mak Uwo ke kamar mandi, sekalipun Mak Uwo pakai popok, Mak Uwo tetap minta ke kamar mandi.

Mama sedang pulang kerumah, ketika Mak Uwo minta dimandikan. Akhirnya, karena Icha tidak bisa, Icha cuma me-lap dengan kain basah tubuh Mak Uwo. Jelang Maghrib, jam 17-an kalau tidak salah, mama sampai lagi dirumah sakit.

Sebelum pulang, menyempatkan diri ngobrol sama mama sambil tetap mengipasi Mak Uwo. Jelang pulang, sempat menyium Mak Uwo (yang akan menjadi ciuman terakhir ternyata).

Jumat tidak sempat ke rumah sakit, sabtu sudah ditangerang karena Ahad, Kanty (adik Mas Eka) menikah. Setelah resepsi kami (Icha dan Mas Eka) langsung pulang ke Jakarta, Senin, ini mungkin yang akan menjadi penyesalan seumur hidup Icha, sebelum masuk sekolah, sebenarnya kami punya waktu kosong, jika saja pagi itu kami sempatkan untuk ke rumah sakit, mungkin akan sempat bertemu Mak Uwo lagi selagi masih ada napas dan masih bisa bercanda dengan Ayah Uwo, mama, Tek Ijas. Ah, perih, perih sekali.

Yang masih dengan sangat jelas Icha ingat, bagaimana senin pagi Ajo Aish mem-broadcast di WA soal memohon doa untuk Mak Uwo, bagaimana suara mama yang sedang menangis meminta Icha mendoakan yang terbaik bagi Mak Uwo ditelepon, bagaimana Icha kali ini bukan meminta doa kesembuhan untuk Mak Uwo ketika sedang berbincang dengan Bu Ning, tapi meminta yang terbaik yang mungkin terjadi, bagaimana rasa nyeri dan sedih yang menyergap, kepanikan memanggil Daffi segera setelah SMS kabar Mak Uwo meninggal Icha terima.

Icha masih ingat dengan jelas, bagaimana mengendarai motor dengan air mata berlinang. Dan bagaimana semakin deras air mata yang keluar setelah melihat jenazah Mak Uwo didorong ke kamar jenazah.

Semua prosesi itu terasa aneh, terasa hampir tidak nyata.
Memandikan jenazah Mak Uwo, melihat Mak Uwo dikafani, dan dalam keadaan hujan deras, menyaksikan proses penguburan Mak Uwo.

Perih.

Hari ini, 6 Juni 2014, tepat 40 hari Mak Uwo pergi, rasanya masih aneh, setiap kali ke rumah umi, masih merasa, Mak Uwo dan Ayah Uwo masih ada dikamar, menunggu anak - cucunya datang.

H+3 Mak Uwo meninggal

Ramadhan kali ini tidak akan sama
Lebaran akan ada rongga
Tahun Baru dimana kami biasa berkumpul akan berbeda.

"Maaf untuk semua salah dan perasaan yang tersakiti, maaf untuk cicit yang hingga Mak Uwo menutup mata selamanya belum juga ada. Terima kasih untuk cinta tak bertepi 26 tahun terakhir dan selamanya. Terima kasih untuk segala hal yang telah dilakukan untuk Icha, Maaf, masih tidak sempurna menjadi cucu. Semoga Mak Uwo dilapangkan kuburnya, diampuni dosa - dosanya, dan mendapat keridhoan Allah."

22 Desember 2012, Pernikahan terakhir dalam keluarga yang Mak Uwo hadiri
- Foto itu harusnya di cetak entah dari kapan tau, dipajang dikamar Mak Uwo, tapi terlalu lama ditunda hingga seolah sudah terlalu basi- (Penyesalan selalu datang terlambat ya)

Jumat, 30 Mei 2014

Jalan - Jalan Gratisan (Part I) - The Day

Sampai sehari sebelum berangkat, Icha masih belum benar - benar yakin mau kemana, setiap kali di tanya, Mas akan jawab, Lembang.

Ya udah lah ya cyiiin, secara juga jalan - jalan gratisan, semua ikutan aturan yang punya acara dong ya. Lanjut dari cerita semalam, setelah sampai rumah Ibu, Icha dan Mas Eka sempat main HT, padahal cuma sekedar, mas diruang tengah lantai atas, dan Icha dikamar Mas Eka, yak fix, kami memang kekanakan.

Skip . . . Skip . . . Skip . . .

Jam 03.45 (waaaaaaat!! Telat iki, 45 menit dari rencana bangun semula, kebayang yah, 45 menit itu sempat mandi dan beberes). Gerabak gerubuk mandi dan segala macam. Terus jam 04.30 baru berangkat, ih ini beneran telat, bahkan Kepala sekolahnya Mas Eka yang tinggal disebelah rumah Ibu, udah berangkat duluan, sumpyaaaaaaah.

Baru berangkat jam 05.52 dari Cikokol (SMP PGRI 1 Tangerang), mana pisah tol dari rombongan yang lain. Yang lain masuk tol Dalkot, bis 7 malah masuk tol BSD, ini gegaraan si Mas Eka main ambil keputusan sepihak, ahahahaha. Akhirnya, sepanjang jalan, kami jadi rombongan bis yang selalu paling akhir.

Jam 10 kurang, sampai di Tangkuban Perahu, ya ampyuuun ternyata kami kesini, kenapa ga bilang dari awal sih Ayah?
Pemandangan Tol Cipularang :)
Sempat nunggu dulu sebentar sebentar, ditinggal mas karena beliau harus bolak balik ngurus ini itu. Dan untung, ditengah jalan, HT Mas dipinjam sama temannya, jadi untuk sementara (yang benar  - benar sementara :(  ), Mas Eka jobless sebagai panitia. Huahahahaha.

Ketika Ayah Jobless, Ahahaha
Setelah nunggu yang cukup lama, akhirnya Icha dan Mas Eka berhasil naik ke mobil yang mengantar kita naik ke kawah. Yang bikin muka Icha merah malu, saking sempitnya (ya bayangin aja, itu mobil dinaikin sekitar 20 orang -kurang sih- yang umpek umpekan didalam) Icha terpaksa dipangku Mas Eka, dan kami berdua sukses di cengi-in sama teman - teman Mas Eka. Huaaaa. Ampyuuuun.

Saking malunya, begitu turun, Icha langsung ngibrit ke lain arah sama si Mas Eka. Yup, sampai si Mas muter-muter nyariin Icha. :P

Kawah Ratu yah namanya?
Wajah sumringah si ayah ketika bertemu bunda tersayang.
Iya kan yah?

Ternyata ini loh ya yang namanya Gunung Tangkuban Perahu. Hahaha, ga pernah kesini soalnya :D
Berhubung waktu kesini lagi momen Libur Nasional, (atau mungkin setiap hari ya?) Ini Gunung Tangkuban Perahu penuh banget, ada turis lokal dan turis mancanegara. Lumayan bersih. Mesjidnya juga lumayan besar (terutama bagian laki - lakinya). Apalagi ya... Hmmm...

Pas baru sampai, Mas langsung ngajakin makan jagung bakar -efek udara dingin, alibi si Mas-. Sambil menikmati kejauhan pemandangan yang asli -Masyaallah- kereeeen pake bingiiits, ditemani segelas Teh Manis Panas, yup, benar-benar segelas yang kami nikmati sangat. Ada sedikit kecelakaan kecil, Mas Eka lupa bayar jagung bakarnya. Huahahaha, jadilah kami diteriakin sama yang punya warung. ampyuuun.


Penuh siswa - siswi SMP PGRI 1 Tangerang
Makan jagung bakar dan teh manis panas, Alhamdulillah, enaaaak


Dipotoin sama siswa Mas Eka, Lounching pertama kami di blog ini :P
Semoga genggamanmu semakin erat semakin hari berlalu. Aamiiin
Oh ya, setelah bosen jalan - jalan disekitaran jalur utama, kami masuk ke jalan - jalan menuju plang Kawah Ratu yang kiri kanannya itu penuh dengan penjual souvenir. Daerah sebelah sini jauh lebih sepi ketimbang jalur utama. Tapi bau belerangnya paling nyengat, berhubung semalam kurang tidur juga, seketika Icha pening.



Niatnya mau poto selfie yang kelihatan kawahnya, tapiii ya gitu deh.
Gara - gara foto selfie gagal diatas, Icha malah berniat mau beli tongsis, Ahahaha.

Selepas Dzuhur, kami, Icha-Mas Eka, Pak Arief (Teman ngajar Mas Eka) dan Mba Tika (isteri Pak Arif) balik ke parkiran. Dan ternyata, kami jadi peserta terakhir yang sampai ke parkiran, sambil makan siang didalam bis, kami berangkat lagi ke Sari Ater, Ciater.

22rebu untuk sebuah tempat yang menyenangkan karena banyak banget airnya
Terakhir ke Ciater kapan yak?
Udah lama banget kayaknya, jaman - jaman SD, jadi lupa gitu sama keadaannya disini, yang jelas, Icha khilaaaaaf, lihat banyaknya air dimana - mana, liat jeram - jeram kecil di sungai yang mirip got gitu, huaaa, sempat ngobak sebentar sementara seluruh siswa dan guru SMP PGRI 1 Tangerang sedang melaksanakan acara perpisahan gitu. Airnya ga hangat, yang hangat malah dibeberapa kolam yang paling depan.

Selain itu sempat juga ketemu kucing cantik yang menggemaskan,sampai beliin ati ampela buat si miong, tapi dimakan separoh aja sama si miong.

Si Miong cantik


Ga banyak yang kami lakukan, kebanyakan jalan dan main air di kolam jelang kepulangan, waktunya mepet, Ayah sempat ajak main bebek sepeda air gitu, tapi kebanyakan yang genjot si Ayah, teteup sambil HT-an sama temannya didarat. Boakakakak.

Menjelang keluar dari Sari Ater, Mas Eka sempat jadi announcer dadakan yang memanggil seluruh rombongan SMP PGRI 1 Tangerang. Yeaaaah, suaranya beda loh dibanding ngomong langsung atau bahkan ditelepon, Aiiih, makin cinta.\

Jam 16.30, hampir semua orang dalam rombongan kami sudah keluar, lagi - lagi Icha ditinggal didalam bis, sedang Mas Eka bolak - balik periksa sana - sini bareng teman - temannya yang lain, lengkap, kami langsung pulang.

Sempat mampir di Purwakarta, beli oleh - oleh dan makan malam.
Jam 22.20, bis kami tiba di Cikokol. Jam 23.15 baru sampai dirumah, 23.00 kami resmi tidur. Hehehehe
Dan kalian tahu, jam 4.30, Icha sudah harus bangun, dan dengan kantuk yang sangat, kami ke Jakarta naik motor. Hari yang keren.

:)

-Marrisa Syarif Tanjung-
Kamar kostan (gratisan), Jakarta, 30 Mei 2014
16.04



Jalan - Jalan Gratisan (Part I) - Semalam sebelum

Sesungguhnya, rangkaian cerita ini dimulai sejak tanggal 28 Mei 2014 siang.
Sampai sekolah, jam 09.00, Icha dapat kabar kalau hari ini siswa akan dipulangkan lebih awal (setelah diberi tugas dirumah tentunya) karena seluruh guru dan tenaga kependidikan di SDN Cipinang Besar Utara 10 akan mengadakan rapat agak ga formal membahas UKK besok (tanggal 4 Juni 2014) di RM. Agro, Cilangkap.

Ya jujur deh, ini mah kebanyakan niatnya mau makan siang aja. Sekalian, ditraktir beberapa guru PNS yang milad bulan Maret – April – Mei setahu Icha.
Pulang dari Cilangkap, Icha pulang duluan, naik 02 merah, turun didepan PGC, terus mampir sebentar untuk beli celana jeans Mas Eka, yang walaupun akhirnya itu celana jeans terbuang – buang gitu aja karena Mas Eka-nya ga suka.

Sampai rumah menyempatkan diri untuk menyuci baju dulu, niatnya sebentar, malah jadi 2 jam penuh dirumah untuk sekedar menyuci sampai menjemur. Jam 17 kurang, semua aktifitas cuci menyuci itu baru selesai, dan langsung ke Tangerang.
Disini lah sebenarnya petualangan dimulai.
Karena ragu mau naik apa, yang jelas saat itu Cha sedang ga minat naik CL, akhirnya memutuskan untuk naik M 06 A dari depan gang penas. Ternyata, penuh semua itu 06A. Akhirnya niat menunggu Mayasari 117. Muncul sih akhirnya, tapi ternyata si 117 itu tidak mau berhenti depan Gang Penas, 117-nya berhenti di Halte Penas. Dengan banyaknya bawaan Icha, ga mungkin dong Icha kejar. Akhirnya hanya pasrah ditinggal 117.

Tunggu punya tunggu, 45 menit kemudian, baru berhasil naik M 06A. 18.30 baru sampai Pasar Rebo. Ternyata, Agra yang menjadi unggulan Icha di sini, ketimbang 117 ya, juga tidak menampakan batang hidung (eh,,,,, bumper ya)-nya. Menunggu lagi, muncullah si Agra setelah 15 menit menunggu, dan Subhanallahnya penuuuuuuuuuuuuuuuuuuh pakai bingiiiiiitsss.

Ga kebawa lagi, akhirnya menunggu lagi. 30 menit kemudian, muncullah 117 yang lain. Dalam hati membatin sambil setengah menangis (dalam hati juga), ngapain jauh – jauh ke Pasar Rebo, kalau naiknya 117 juga.
Petualangan berlanjut, di 117, Alhamdulillah ya, dapat duduk, walau cuma setengah bokong. Aaaarrrrrgggggghhhhh, sumpah, itu capeeeeee banget duduk setengah – setengah gitu. Pegeeeeeel.

Jam 21.00 baru sampai di Gading Serpong, dan agak nge-wow karena sadar, besok harus bangun jam 3.00 biar ga telat ke sekolah mas, SMP PGRI 1 Tangerang.

Toh Beh Continuedeeeedh… :D ke Part I-The Day

Sabtu, 24 Mei 2014

Review Salon yang Pernah Icha Kunjungi (I)

5. Bafa Salon Cipinang Besar Selatan

Panggil Icha miss rempong karena tulisan Icha soal salon banyak yang negatifnya ketimbang positifnya.
22 Mei 2014.
Hari itu Icha belajar ada harga ada rupa lagi - lagi bener banget. Dan Icha juga belajar, kalau jangan males jadi emak - emak.
Pasca US/M BD Sekolah Dasar, Icha dapat libur 3 hari (22 - 24 Mei 2014), nah loh, bingung dong mau kemana.
Yang paling pengen sih dipijet - pijet gitu, kepikiran deh mau ke Dyla Salon, atau minimal ke Salon Hijau Mba Ning di Rumah susun Cipinang Muara.

Tapi dasarnya malas, mikirnya praktis banget, mumpung di sepanjang Jalan Pancawarga IV, Cipinang Besar Selatan ada 2 salon khusus perempuan, mikir, kenapa ga nyoba aja ya?
Secara ya, tiap kali Icha lewat depan 2 salon itu, Icha liat kayaknya sering penuh dan antri.
Menggoda dong ya.

Setelah WA Juki yang lebih berpengalaman tinggal disekitar sini (hehehe, piss Juk) Icha pilihlah Bafa salon, soalnya rekomendasi Bude, Mama, dan bahkan Nanung, ini salon enak pijetnya, harganya juga murah, kata Juki juga gitu, capcus lah ya cyiiin ke sana, wong dari rumah istilahnya tinggal lompat.

Sampai sana jam 10.15 atau 10.20-an ya, yang jelas dari rumah itu ga sampai 5 menit jalan kaki nyampe deh. Sampai sana, begitu masuk, diruang tunggu sepi tuh, ga ada yang nunggu, bagian kasirpun ga ada orang.

Icha celingak celinguk eh ada mba-mba yang ngomong gini dari dalam ruang salonnya
" Mau ngapain mba?" - mau ngerampok mba- laaaaah, si mbak ini piye toh, ya aku ke salon mau nyalon. Mana nanyanya jutek lagi. Ini poin pertama yang bikin Icha mengerenyit.

Setelah jelasin Icha mau lulur + pijet, si mba nanya beberapa hal gitu, kayak lulur doang atau ada treatment lain, udah gitu mbanya diam aja, ga gerak, ga pergi, atau ngomong apa kek gitu, ya Icha refleks masuk dong, wong mba-nya juga ga  bilang apa-apa. Dan tau apa?

Si mba-nya teriak.
"Ntar dulu mba, tunggu depan!!" Serius itu mah ngebentak namanya.

Kaget, agak sedikit shock, dan langsung mundur sambil minta maaf.
Serius, kepikiran mau pergi aja, tapi ga enak aja gimana kalau ruangannya udah disiapin. Kan kasian juga mba-nya kalau gitu (yaaa gue emang aneh)

5 menit kemudian mba-nya datang, Icha disuruh masuk ke ruangan kecil gitu, yang isinya sauna pribadi, dua kasur untuk lulur yang saling berdempetan dan disebelahnya ada kamar mandi yang pakai tirai kuning yang ada jamur hitam - hitamnya gitu,
(Dari awal masuk sih Icha udah ga yakin sama ini salon, kumuh ya cyiiiin)

Oke Icha akui, mba-nya mijetnya lumayan pake banget, pegel dikaki berkurang sedikit.
Tapi yang ga ya itu, ruangannya terlalu kumuh. Bahkan salon hijau Mba Ning masih jauh lebih terawat. Diruangan lulurnya masa pake kipas angin, mana kipas anginnya ga muter kesemua arah (ga tau permanen kayak gitu atau cuma saat itu aja).

Jam 11, akhirnya selesai, ditawarin mandi sama mba-nya, tapi Icha udah ga mau. Pas bayar juga ditawarin sama mba kasirnya mau jadi member ga, juga Icha tolak, sampai mbanya mendongak gitu, agak kaget kali ya denger Icha bilang ga mau.

Kelebihan salon Bafa itu ada di tarif-nya, super murah menurut Icha, ya, sekali lagi sih ya, ada harga ada rupa.
sekilas soal harganya, lulur+message itu cuma 40.000 , paket lengkap lulur itu cuma 55.000 (yang sama sauna nya gitu loh)

Sayang banget ya, padahal setau Icha Bafa itu punya 3 cabang.
Bagi Icha, ga apa deh bayar lebih mahal asal tempat oke, pelayanan lumayan. Ehehehe.

Kalau belum ada perubahannya, kemungkinan Icha ga akan balik lagi kesini, yaaaa, berkurang 1 orang mah ga ada pengaruh juga ya buat Bafa.

Dan Icha belajar, kalau mau yang bagus, ga boleh malas - malas jalan jauhan dikit, asal puas. Ya ga?

(Kapan ya bisa nyoba salon di Tangerang)
Jakarta, 24 Mei 2014
00:28

6. Salon Hijau Mba Nining (Rumah Susun Cipinang Muara II)

Ini salon favorit dan nyaris darurat, ahahaha.
Darurat ketika malas melanda sedang badan ingin dimanja.
Yang punya salon ini namanya Mba Nining, orangnya baik banget, perawatan pra-nikah Icha kemarin sama beliau dan jujur puas sama hasilnya. Walau Icha juga melakukan perawatan di Dyla Salon saat itu.

Harganya murmer tapi kualitas oke pake bingiiiits.
Pijetan Mba Ning beuh enak cyiiin, lumayan pegel ilang
Facialnya juga telaten banget, pokoknya kerasa beda hasil Facial di Salon Hijau dengan di D'Chips.

Yang kurang, kalau lulur disini, ga seperti disalon lain, Mba Ning cuma menyediakan lulur dari dokter kecantikan andalan beliau, jadi cuma ada itu aja.
Make up-nya juga agak tebel, tapi kata mama sih bagus, ya kan beda kan ya seleranya :)

(Kapan ya bisa melangkah ke rumah cantik Citra?Ah rasa malas, kapan engkau enyaaah)

Minggu, 18 Mei 2014

Tugas IPA kelas IV B

Buat Kelas IV B

1. TUGAS IPA BELAJAR DIRUMAH

2. TUGAS IPS

3. matematika tugas

4. PKn Tugas


Selamat mengerjakan tugas, sampai berjumpa lagi Senin, 26 Mei 2014, Insya Allah


-Marrisa Syarif Tanjung-

Senin, 31 Maret 2014

Serang Der Wi Kome...

Bismillah, apa yang paling menyenangkan jadi pasangan muda yang baru menikah?
Salah satu dari banyak hal efek menikah adalah bisa jalan kemana-mana berdua tanpa ada yang krang kring tanya dimana (yep, she is my mom)


Hari ke-Empat setelah lebaran (Ahad, 10 Agustus 2013), agenda keluarga besar Icha adalah jalan ke Serang, kerumah adik Mak Uwo yang sekaligus bapak "Angkat" Icha.

Entah ini tradisi minang atau sekedar tradisi keluarga, anak yang kecilnya sakit - sakitan, biar ga sakit - sakitan lagi, maka dia akan dijual kekerabat keluarga tersebut. Tersebutlah disuatu masa ketika Icha masih sangat kecil, lahir dengan keadaan yang sehat, tapi jadi langganan rumah sakit dimasa kanak - kanak, nah karena itu, Icha dijual ke keluarga Mama Ara.

Baiklah, mari kita mulai perjalanan kita.
Jam 06.30 sampai dirumah Nanung di Medang, disini, sudah ada mama, papa, Daffa, Daffi, dek Ian, Fadil, dan Zafran.

Sampai jam 07.30 masih galau tingkat kelurahan tentang transportasi apa yang akan kita pakai untuk jalan ke Serang. Sepengalaman Icha tahun kemarin aja, ga bisa ngangkut semua orang, apalagi tahun ini nambah lagi 1 orang dalam pasukan. Ehehehe.

Dan bener aja, ga lama dapat kabar kalau mobil cuma dua untuk angkut orang total 24 orang. Heeeeeeh!!!

Akhirnya, Icha dan Mas Eka memutuskan nge-bolang naik kereta berdua.

Sejak menjadikan Commuter Line sebagai sarana transportasi kencan kita nyaris tiap hari, kita jadi penggemar berat Kereta.

Dari Medang berlomba mengejar jam 08.32 ke Serpong demi untuk naik KA Ekonomi Patas Serang. Lihat di web-nya siapa ya waktu itu, jadwalnya sih jam segitu, ternyata kita ketinggalan kereta. Akhirnya sama orang loket disaranin naik CL sampai Tiga Raksa dan mencegat KA Ekonomi AC Kalimaya disana.

Berangkaaaaaat.

Kalau sebelum ramadhan sempat bercita - cita naik CL sampai Stasiun Maja, sekarang Allah mengabulkannya dengan jarak yang lebih jauh, SERANG.

Kami naik CL dari Serpong sampai Tiga Raksa. Yang sayangnya, Kartu Multitrip CL Icha ketinggalan, untungnya tarif progressive belum diterapkan, bisa jadi mahal kalau diterapkan, ahahaha.

Sampai di Tiga Raksa jam 09.40 soalnya dari Serpong jam 08.55 kalau ga salah. Terus nunggu KA Ekonomi AC Kalimaya sampai jam 10.30-an.

Setasiun Serepong :)

Setasiun Parung Panjang, Bogor

Mulai dari Parung Panjang, stasiunnya ga ada pagernya :p

Setasiun Cilejit, setelah Parung Panjang

Cilejit lagi :)



Menghilang

Eh, apa sih ini?
Ahahaha.

Postingan pertama ditahun 2014.
Hua lama kali ga Online di Blogspot.

Mau berbagi soal cerita mendapat anak. 1 Tahun 3 Bulan 1 Minggu 2 Hari sudah kami menikah. Selama itu belum juga Allah mempercayai kami akan amanah yang indah bernama anak.

Yeah, belum ada Icha Junior atau Eka Junior yang lahir atau setidaknya ancang-ancang mau masuk ke dunia.

Sabaaaaaaaar.

Kalimat itu sering banget Ayah bisikin saat Icha kembali menggalau ketika teman-teman yang nikah jauh dibelakang Icha sudah hamil bahkan sudah melahirkan. Ah, memang sabar itu pekerjaan berat, tapi katanya hasilnya menyenangkan. Entahlah.

Pertengahan Februari kemarin, Icha HPHT tanggal 15 Februari. Dengan waktu jeda 28 hari, maka, harusnya Icha dapet lagi tanggal 15/16 Maretan.

Eh tetibaan tanggal 3 Maret, keluar Flek gitu. Kaget, Panik, setengah berharap hamil. Ke SPOG lah kami.
Karena dua-duanya masih honorer sekolah, yang belum dapat tunjangan apa-apa, maka kami memilih RS. Persahabatan yang biaya konsul dokternya jauh terjangkau sama kami.

Awalnya ditangani oleh dokter Noura. Untungnya dokter awalnya perempuan, karena konsultasi selanjutnya ditangani dokter Erick.

Diagnosa awal dokter Noura adalah PCOS. Sekilas soal PCOS adalah ukuran sel telurnya kurang besar sehingga tidak mungkin dibuahi. Katanya sih akibat hormon atau berat badan.

Diputuskanlah untuk USG Transvaginal. Biayanya 200.000 (di Persahabatan ya)

Di dokter USG, ternyata menurut dokternya semua normal, ga yakin dong, balik lah ke poli kebidanan, ketemu sama dokter Erick. Kata dokter Erick, ukuran sel telurnya dan jumlahnya normal kok, ga ada kista dan gangguan yang lain.

Tapi Rahim Icha apa ya sebutannya, rahim kebalik gitu deh, jadi dia mencong gitu. Disaranin sama Dokter Erick untuk mengubah posisi HB. Selain itu, dokternya juga menyarankan kita untuk cek sprema dan HSG.


Seminggu kemudian, Ayah cek Sprema di laboratorium biologi UI di Salemba. Biayanya 225.000
Hasilnya jumlahnya agak kurang tapi semuanya normal dan baik-baik saja.

Nah, tinggal tunggu HSG, tapi ternyata baru selesai haidh itu tanggal 27 Maret, terus, untuk HSG itu idealnya hari ke-9, 10, 11 setelah haidh pertama (untuk masa haidh 7 hari selesai yak).

Karena hari ke-9, 10, 11 jatuh pada tanggal 29, 30, 31 Maret 2014, dan ke-empatnya hari libur, maka, kemungkinan besar HSGnya ditunda dulu.


Doakan semua baik-baik saja.
Aaamiiin

Update HSG yang pernah Icha tanya:
- Persahabatan : 500.000
- RSIA Tambak : 950.000
-RSIA Hermina : 950.000
-RS. MH. Thamrin : 1.000.000
-Pramita Labs : 900.000


:)