Minggu, 30 Desember 2012

(after that day) 7 hari menjadi isterimu

Bismillah,,

Hitungan waktupun berlalu, dan kemarin, 29 Desember 2012, sudah seminggu kita melempar sauh dalam pelayaran yang abadi (insya allah) dalam rumah tangga kita.

Riak kecil mulai meyapa perahu kecil kita, walau angin tetap semilir memberi kenyamanan.

7hari sudah berlalu, dan aku masih tetap bersyukur akan kelahiranmu kedunia, bersyukur bahwa allah mempertemukan kita dengan takdirnya sendiri.

Dan hari ini, kita bangun disebuah tempat yang jauh dari rumah, duduk mnikmati semilir angin dingin yang menyapa, sinar matahari yang menyengat tetapi segarnya udara pegunungan seolah membalut kita erat.

Tiap hari yang akan kita jalani pastinya tidak akan seindah hari ini, bersamamu, yang aku tahu akan ada air mata dan gelak bahagia, bersamamu akan ada perjuangan dan saat istirahat.

Yang jelas mas, sedari sekarang, kita sama-sama memulai perjuangan kita, perlahan, merancang dan membangun rumah tangga kecil kita, entah apa yang kelak akan terjadi nanti.

Doaku sederhana, semoga keberkahan allah selalu bersama kita, semoga cinta mampu meredam egois kita

aku cinta kamu mas, selalu, selamanya, seumur hidupku

dedicated to eka dermawan, my lovely husband

30 Desember 2012, bumi ciherang, cipanas, pacet
08:29

Jumat, 14 Desember 2012

Guru Malas?

Sebuah uneg-uneg di WARTA KOTA kemarin (11-12-2012)
"Jaman Sekarang SD dari jam 7 pulang jam 9. Jaman dulu dari  jam 7 - 13 pintar2! apa guru sekarang malas2 ?"

dan Icha sukses nyengir kuda.
Bukan mas atau mba
Bukan guru sekolahan sekarang malas-malas. Tapi memang itu aturan yang mengikat kami di sekolah yang bukan SSN atau RSBI. Kami dituntut ngajar kurang dari 6 jam perhari dengan 3-4 mata pelajaran setiap harinya tapi dengan bobot kurikulum yang jauh lebih banyak isinya.

Berat loh mas atau mba, tidak segampang itu mengajarkan siswa hal-hal yang baru mereka ketahui (terutama di SD) tapi dituntut juga dengan administrasi kelas yang berjubel dan nilai yang punya standar tertentu.

Tidak masalah jika input yang kami terima adalah anak-anak yang cukup dalam hal perhatian orang tua dan gizi sehingga mereka punya semangat belajar, mau belajar dan berkeinginan untuk belajar.

Yeah

Mungkin tulisan ini akan seperti tulisan-tulisan Icha yang lain yang isinya keluhan saja. Tapi sesekali, jika mas/mba tidak tahu apa-apa, alangkah lebih bijak dengan memilih diam.

Hari ini semua koreksian Icha selesai, dan endingnya, Ada sesak yang cuma bisa dirasa didalam hati, karena nilai siswa Icha ga bernajak jauh dari angka 1,2,3,4 paling tinggi 8. huuuufh

Padahal materinya paling sering diulang. Ini mesti Icha yang salah.Right?

~MST~
diselesaikan di Jakarta. 14 Desember 2012
dimulaikan di Jakarta, 11 Desember 2012

Sabtu, 08 Desember 2012

Salah memilih vendor

Untuk urusan souvenir, icha memilih (dan ini akan icha sesali seumur hidup icha)

ZIDAN/AISYAH SOUVENIR di pasar jatinegara blok AkS no. 31

merasa sakiiit banget hati ini, bulan September icha dan mas pesan sampai minggu ini baru jadi, padahal janjinya tanggal 30 November 2012. Dan hasilnya sangat tidak memuaskan sekaligus sangat membuat kecewa berkepanjangan.

Icha beli gelas yang ada sablonan nama dan gambar rumah gadangnya, dicontoh terlihat manis dan Icha suka karena menghias hampir seluruh gelas, hasil yang icha terima, kecil banget gambarnya dan tidak terletak ditengah gelas, malah mencong-mencong gitu gambarnya. Ga profesional banget deh.

Yang bikin eneg si mba-mbanya sampai bilang basa-basi, bagus kan mba bla,,blaa,,bla

yang ada icha cuma diam ga kasih komentar dengan tampang ga suka liat gelas-gelas itu

dan tau apa perasaan icha saat ini?

Icha ingin sekali membanting ke-500 gelas ini dengan sekencang-kencangnya.

ZIDAN/AISYAH SOUVENIR VERY NOT RECOMMENDED

Jumat, 07 Desember 2012

Musibah?

Bismillah..

Masih terngiang nasihat seorang teman di masa lalu, yup, soalnya sekarang sudah lost contact sama beliau..

"Cha, ketika kita akan menikah nanti, akan ada 3 GANJALAN UTAMA JELANG PERNIKAHAN"
" Pertama, masalah uang, akan bingung dan kelabakan untuk memenuhi target dan harapan akan jumlah uang yang harusnya tersedia"
"Masalah mantan, atau siapapun lah dia yang tiba-tiba hadir dan datang dan tampak begitu sempurna ketimbang laki-laki yang sudah kita pilih"
"Masalah keluarga, yang ntah awalnya setuju ujug-ujug berubah ga setuju"

Saat itu, karena masih mahasiswi bau kencur (yang bahkan belum ketemu Mas sama sekali) cuma iya-iya aja. Toh Icha pikir juga masih jauuuuuuuuuuuuuuh banget sampai pada tahap MENIKAH.

Waktupun berganti, si ukhty yang berkata seperti itu alhamdulillah sudah menikah, dan sekarang, Allah sedang memberikan Icha kesempatan yang sama, merasakan deg-degannya menunggu hari-H.

2 bulan pertama persiapan pernikahan semua nyaris berjalan sempurna, hampir tidak ada rintangan yang berarti, Masalah pertama seperti nasihat sahabat Icha memang tampak. Tapi, alhamdulillah semua berjalan dengan baik akhirnya.

Memasuki bulan terakhir penantian, silih berganti ujian datang.

Masih ingat postingan Icha kemarin?
Setelah mempublish postingan itu, Bu Ning, guru kelas 2 masuk kekelas Icha dan bilang:

" Cha, mama dirampok orang"

Icha cuma bengong dan seketika nge-blank
Lah kok mama pergi tanpa bilang-bilang ke Icha, lah kok mama pergi tanpa ajak-ajak Bu Ning ataupun Bu Ida, lah kooook, masih banyak lah kok yang Icha pikirkan saat itu, mata langsung basah, bingung mau apa.

Pengen banget langsung nyusul mama ke polsek gambir (catet ya sodara-sodara, Icha dapat kabar mama di Polsek Gambir)
Sempat tanya, kok mama sampai Polsek Gambir, katanya kerampokan di Tanah Abang (Catat lagi ya sodara-sodara, infonya KERAMPOKAN).

Dalam kekalutan luar binasa itu, diingetin untuk telepon Ajo Aish, nah mulailah ga dewasanya Icha keliatan disini, marah sama jaringan indosat yang acak kadut, Icha malah bentak-bentak Ajo, ngomong dengan segala kehisterisan dan air mata yang ga mau berhenti.

Dilain sisi, otak waras Icha juga mulai sadar kalau si Daffi ada sama-sama Icha saat itu, makanya Icha berusaha tegar dan bersikap "EVERYTHING IS OKAY DEK"

Padahal bingung luar biasa.
Beberapa saat kemudian Mama telepon lagi, tau ga apa yang bikin Icha sakit?
Suara mama menangis.

Oke, Icha memang cengeng dan akan segera takluk kalau mama atau papa nangis.
Duh ga deh kalau yang nangis itu mama, papa, atau si Mas, si Ajo dan Daffi juga ga boleh deh nangis kalau bisa.

Mendengar mama nangis, Icha semakin kalut, sempat memblokir semua nomor rekening mama, dan sempat apdet status soal mama (yang Icha tau akan dibaca oleh keluarga besar).

Setelah itu, mengajar seperti biasa, walau sebentar-sebentar telepon Bu Ning dan Bu Ida (yang saat itu sedang jemput mama ke Polsek Tanah Abang), juga Ajo Aish.

Yang ada dipikiran Icha saat itu, mama di rampok, yang notabene dirampok itu pakai senjata lah ya, duh jangan dooong, jangan terjadi apa-apa.

Dilain sisi, berita ini diharamkan sampai ke telinga papa, tapi ternyata sampai juga. Berkali-kali papa telepon tapi ga Icha angkat, walau pada akhirnya, Icha telepon papa dan bicara dengan nada menenangkan dan sedikit berbohong tentang berapa jumlah uang yang hilang.

Saat itu, yang Icha tahu, mama bawa uang sekolah dan uang untuk membayar WO. Banyakkan?
Ya iyalah banyak, uang sekolah aja ada sekian puluh juta (yang sebenarnya di mama itu tinggal jutaan, karena sudah dibagi-bagi ke bendahara lain), uang WO yang sebenarnya sudah mama transfer ke WO-nya.

Jadi totalnya?
Sedikit lah, alhamdulillah, tapi bukan itu yang kemudian membuat Icha nelangsa, setelah pulang mama cerita bagaimana mama melompat turun dari Bajaj yang membawanya dan berlari disepanjang lampu merah berusaha mengejar si penjambret (ternyata mama di jambret bukan di rampok, duh Allah, makasi, sudah Kau hindarkan bahaya yang jauh lebih besar dari bunda hamba).
Membayangkan mama dengan suara seadaanya dan gemetar (yang sampai rumahpun suara mama terdengar masih gemetar) sedang orang - orang disekelilingnya hanya menjadi penonton (uuu yeeeaaaaah, orang Indonesia gitu loh, lebih suka menonton penderitaan orang lain)

Udah gitu yang menyebalkan, ketika akhirnya benar-benar tidak tahan menunggu, Icha dan Daffi memutuskan untuk menjemput mama juga, jadi total ada 5 orang yang menjemput Mama dan semuanya tidak ada yang bertemu mama.

Makin negatif lah nih otak. Mikir macem-macam.
Sepanjang perjalanan
Polsek Tanah Abang-ambasador-Kuningan mikirnya aneeeh mulu, tiap M 44 Diliatin, berharap bertemu sosok mama. Tapi alhamdulillah kemudian Aish telepon dan yang Icha dengar adalah suara mama, ga bisa berucap hamdalah saat itu, rasanya lega banget, mengetahui mama di dekat Aish, setidaknya Icha tahu, Ajo akan menjaga mama apapun resikonya.

Langsung memacu motor dengan kecepatan agak abnormal (sebenarnya pas berangkat ke Polsek Tanah Abang juga lebih aneh sih kecepatan dan gaya nyelipnya).

TKP sebenarnya bukan Tanah Abang ternyata, tapi Johar Baru, maka wajar penjemput mama tidak berhasil menemukan mama.

Apapun itu, sampai detik ini, Icha, Daffi, Ajo, dan Papa masih bersikap sangat protektif terhadap mama sampai siang tadi Icha memaksa mama memilih Icha temani ke Jatinegara atau bawa Handphone Icha.

Yang Icha tau, uang yang hilang bisa dan pasti bisa, Insya allah diganti, tapi orang tua hilang, maka separuh kebahagian seorang anak akan hilang selamanya.

*peluk erat mama*
H-15 Jelang tanggal 22 Desember
Jakarta 7 Desember 2012
10:13

Kamis, 06 Desember 2012

(Hitung Mundur) 16 Hari

Bismillah,, sudah 2 Pekan dan 2 Hari lagi sebelum janji teramat kuat itu akan mengikat kami.
Oke, Icha ngaku deh, Icha mulai Insomnia lagi, terakhir Icha Insomnia itu kalau ga salah pas lagi sibuk-sibuknya mikirin *NOTE YA* MIKIRIN skripsi. Ahahaha.

2 Hari lalu datang ke sekolah agak pagian, karena memang punya tugas untuk memberi pelajaran tambahan bagi siswa Icha yang materinya jauh ketinggalan dari kelas sebelah.

Kucluk-kucluk datang cuma tinggal beberapa guru di kantor, nah disinilah percakapan tentang detik - detik jelang pernikahan Icha dibicarakan, beberapa waktu lalu, Icha sempat minta tolong ke Pak Tardi untuk diketikin label undangan, dan tiba-tiba pagi itu, Icha kepikiran untuk mendisain label pake inisial "IE"

Tiba-tiba Pak Iman, guru Agama Islam disekolah menyeletuk kenapa ga pakai Internet Explorer aja, kan sama-sama IE.

Hehehe

Baru sadar, Iya ya, nama kecil kami kalau diinisialkan akan berubah menjadi "IE" yang similiar with Internet Explorer. Iyaaaaaah.

Percakapan terhenti ketika Pak Kepsek masuk kedalam kantor dan semua kembali ke pos masing-masing.

Siang, pulang sekolah Icha juga masih belum kepikiran apa - apa, juga tidak ada keinginan untuk mencari - cari lambang Internet Explorer. Masih lari-lari dari satu lokasi NF ke satu lokasi NF lain, belum lagi dapat telepon dari rumah, papa sudah pulang. Makin ga kepikiran deh untuk iseng-iseng sehingga tercipta gambar diatas.

Menjelang tengah malam, ketika untuk pertama kalinya setelah berbulan - bulan Insomnia Icha sembuh, Icha kembali ga bisa tidur, sekalipun sudah jam  2.00 WIB. Alih - alih bikin ngantuk diri, Icha menyalakan laptop dan buka FB. Terus kepikiran lagi deh sama percakapan sekilas pagi kemarin, makanya Icha langsung cari lambang IE (Yang ternyata cuma keliatan gede di E-nya aja)

Berbekal Coral (Yang ntah kenapa SotoSop Icha ilang entah kemana) iseng utak - atik ini jelang pagi, dan jreeeng..jreeeng...

Dari gambar diatas ini, berubah menjadi
Ahahahaha

Ketauan banget ya hasil Editan KW-10nya.

Ga tau di mas udah liat belum, kalau Ajo Aish cuma komen

"Bagus warna birunya"
Yang pegen banget bikin Icha nodong Ajo di PH, hehehehe


16 Hari jelang jadi pengantinnya Mas Eka
Jakarta, 6 Desember 2012 10:04



Minggu, 02 Desember 2012

Menua

Bismillah, pulang dari rumah sakit. yep, akhirnya sejak postingan terakhir Icha, papa resmi menghuni sementara Rumah Sakit Islam Cempaka Putih.

Bersyukur yang tidak terkira, karena penyebab serangan kemarin tidak sampai pada tingkat stroke, sebagai anak gadis satu-satunya, Icha sangat berharap di-walikan papa ketika menikah nanti, yaaa sekedar mengingatkan, 2Pekan 6Hari lagi Icha, Insya Allah akan menikah.

Mencermati perilaku papa selama dirawat, membuat Icha tersadar papa semakin tua, pagi ini bahkan gigi papa ada yang copot, yang membuat senyum papa terasa janggal. Hehehe. Mencermati usia ketiga anak papa, yang tertua, Ajo, sudah berumur 27 Tahun, Icha beda hanya beberapa tahun, dan yang termuda, Dek Dut, 10 Tahun.

Hmmm, menyadari kerut-kerut di wajah letih Papa, mendengarkan keluhan papa ke hampir semua kerabat yang menjenguknya, makin menyiratkan jelas, papa makin menua. Keras kepala khas orang tua juga semakin tampak. Keengganan menerima nasihat dan keyakinan paling benar juga semakin tampak, setidaknya Icha pun melihat Ayah Uwo seperti ini ketika sedang sakit. Alih - alih menegarkan diri, malah terlihat semakin ketara menuanya.

Apapun itu, Icha mulai menyadari betapa jauhnya Icha dengan Papa. Kalau kata Mama, Icha ini teman berantemnya Papa. Pendapat Icha dan Papa nyaris berbenturan hampir disegala hal. Walau kami juga saling menyayangi khas ayah-anak perempuan dengan cara yang hanya kami mengerti sendiri.

Menyeka wajah papa siang ini, membuat Icha kembali mengingat masa - masa jadi anak kesayangan Papa dimasa kecil, Si Anak Kesayangan yang nyaris tidak ingin berpisah dari Papa apapun alasannya. Hingga mengorbankan kesempatan ke Singapura gratis hanya demi bisa ikut Papa pulang ke Jakarta.

Atau ketika dilain kesempatan Mama-Papa tidak sepaham, dan Papa memilih untuk keluar sebentar dari rumah, dalam diam dimalam hari, Icha memilih memeluk baju Papa dengan tangisan pengantar tidur. Hehehe.

Ketika waktu beranjak dan kesibukan meningkat, ketika tanda sebagai wanita dewasa semakin terpancar, Icha mulai merasa renggang dengan papa, bahkan hingga dirasa banyak orang sebagai opponent dari Papa.

Dan malam ini, Icha menangis, menangis disebabkan rindu pada masa - masa kecil itu, menangisi keadaan papa sekarang, dan menangis takut jelang keluar dari perlindungan Papa.

+Catatan seorang anak perempuan Papa+
Jakarta, 2 Desember 2012, 20:39