Selasa, 23 Juli 2013

Perjalanan Mencari Tanah

Bismillah..

Bermula dari acara beli TiPi Mama yang kemarin meleduk, ahahaha. Akhirnya dapat info dari isteri paman bahwa ada tanah yang dijual di daerah Rajeg, Kabupaten Tangerang.

Nah, mama yang 10 Tahun lagi mau pensiun, langsung kusuk-kusuk ngebet mau itu tanah (padahal jauhnya ajeeeeb).

Hari Selasa (21 Mei 2013), mama sama papa melihat tanah itu ke Tangerang, pulang-pulang dengan tampang excited mama cerita tentang kondisi tanah yang katanya amat sangat strategis, yah intinya cuma satu, Mama jatuh cinta sama tanah itu.

Setelah sampai rumah jam 20.00, mama sibuk kasih kabar ke Ajo Aish dan setengah memaksa Icha untuk telepon mantunya yang udah tinggal lama di Tangerang

Tanggal 22 Mei 2013, agendanya cuma satu, perpisahan kelas 6 ke the jungle. Sebelumnya, semalaman berusaha nge-faks fotokopian Akta Jual Beli tanah di Rajeg itu untuk dicari tahu keabsahannya (yang dikemudian hari, Icha tahu ini salah dan ga boleh tanpa seizin yang punya tanah :hammer: )

Di pagi hari, kemudian rencana berubah, setelah dandan cantik untuk ke The Jungle, malah dapat tiket ke SMESCO untuk nonton I'm the superstar. Tiket yang awalnya dibilang gratis itu ternyata harus bayar, nonton ga nonton, beberapa minggu kemudian ada bapak-bapak dari Dinas yang datang nagih ke sekolah.

 Petualangan dimulai jam 8.00 WIB, ambil tiket ke sekolah dan langsung meluncur ke Kampung Melayu, di Kampung Melayu, agak ragu, mau turun di perempatan Shinta atau turun di Kebon Jeruk terus lanjut ke Rajeg. Nanyalah sama abang kernetnya, terus disaranin naik sampai Perempatan Shinta ketimbang turun di Kebon Jeruk dan naik bis lagi.

Selama perjalanan ke Tangerang, di 119, Icha sempat tidur, beda banget rasanya, biasanya tiap pagi perjalanan dari Tangerang - Jakarta, sekarang, untuk pertama kali, pagi hari menempuh perjalanan dari Jakarta - Tangerang pagi-pagi.

Jam 11.00 lewat, sampai di perempatan Shinta, nah kebaikan pertama Icha temui disini, Abang Supir dan Kernetnya benar-benar mengingatkan Icha untuk naik angkot ke Cimone dan lanjut angkot ke Daon. Kenapa icha bilang baik banget, karena ngingetinnya benar-benar berkali-kali, terus nunjuk-nunjuk ke angkot yang arah ke Cimone.

Pas turun, ternyata ada bapak-bapak yang juga turun di Perempatan Shinta dan berniat naik angkot yang menuju Daon juga, si Bapak ini ngajak Icha untuk bareng. Secara ini bapak umurnya seumuran Ayah Uwo, maka Icha iya-in, udah gitu, Icha benar-benar diperlakukan selayaknya cucu, benar-benar dipastikan ada di belakang dia, diajak ke tempat yang kira-kira angkotnya datang. Ga ngetem-ngetem.

Walaupun turunnya duluan dia dan Icha nggak dibayarin (ketokpalu), Icha bersyukur ketemu sama bapak ini di jalan.

Ternyata jarak Cimone ke Rajeg lumayan jauh. Ga berani tidur, walaupun sebenarnya Icha tipe putri tidur kalau naik mobil, bis, atau angkot, ehehehe.

Sepanjang perjalanan, agak-agak bengong, ternyata sungai sepanjang perjalanan didekat Rajeg itu masih digunakan untuk MCK, whaaat?

Kebayang dong, anak kota kuper macam Icha yang baru pertama kali ngeliat beginian, bengong, ahahaha. Agak menyepelekan tempat itu (ketokpalu di kepalaIcha).Tapi untungnya jiwa penjelajah Icha lagi tinggi-tingginya, Icha dengan sok-nya tetap pede aja nongkrong di angkot itu, walaupun bingung mau turun dimana.

Eh, si abang supirnya lupa nurunin Icha, kebawa beberapa ratus meter dari lampu merah Rajeg, ahahaha. Terus menyusuri jalan sendirian, celingak-celinguk, diliatin orang, ngerasa kumel, bersemangat dan bau. Ahahaha

Sampai lampu merah Rajeg, tanya kelurahan dimana (yang ternyata cuma beberapa meter dari tempat Icha nanya *gelenggeleng*), ketemu sama mba-mba kelurahan, dan tau ga, ternyata baik mba (apa teteh ya) dan mas (aa or akang ya?) di kelurahan baik-baik, malah ada yang nawarin Icha tanah baru kalau mau invest lagi. ehehehe

Selesai dari kelurahan, awalnya mau langsung pulang, eh malah, jadinya liat tanah yang akan dibeli mama, naik angkot dari depan kelurahan, Nah disini, diangkot yang Icha naiki, Icha menemukan kebaikan kedua dari orang asing yang berprofesi sebagai abang angkot. Dengan sangat cerewet, Icha bertanya-tanya soal daerah Rajeg. Tentang keberadaan stasiun kereta (FYI, saat itu Icha sedang melirik CL sebagai alternatif transportasi bolak-balik Jakarta-Tangerang)

Pulang dari tanah di Rajeg, Icha sempat bingung mau kemana, tiba-tiba kepikiran untuk melihat sertifikat tanah di Badan Pertanahan Daerah di Tigaraksa. Actually, Icha itu polos, agak bego sama gampang percayaan, memandang segala sesuatunya mudah dan semudah di Jakarta.

Setelah memberondong mba-mba di POM Bensin Rajeg dengan pertanyaan, bagaimana cara ke Tigaraksa dan alternatif jalannya, Icha shalat Dzuhur, selesai Shalat naik angkot ke pasar Kemis, terus lanjut ke Tigaraksa, yang mana itu angkot, super lama ngetem sehingga Icha beralih ke Ojek, nah lagi-lagi Icha, atas izin Allah, ketemu abang-abang Ojek yang baik dan ga gimana-gimana dengan kecerewetan Icha, sampai nyetopin angkot yang menuju Tigaraksa.

Di Pemkab Tangerang, Icha bertemu dengan ibu-ibu yang tampilannya perlente bangets, tapi luar biasa baik, pas liat Icha cuma punya Fotokopian Akta Jual Beli, si Ibu ini yang ngajarin apa aja yang harus Icha urus biar ini tanah punya sertifikat. Benar-benar diajarin dengan telaten dan sabar (secara Icha bodoh, ehehehe)

Terakhir, pulang dengan merepotkan Kanty yang Icha SMS + Telepon tentang angkot dari Tigaraksa ke Kelapa Dua, secara tadi izin berangkatnya cuma ke Rajeg sama si mas.

Terima kasih penuh untuk Allah Ta'ala yang menjaga Icha hingga sampai ke rumah Ibu.
Terima kasih untuk Ajo dan Mas yang menjaga penuh dengan SMS dan teleponnya.
Terima kasih untuk Kanty atas petunjuk jalan pulangnya.

dan terutama...

Untuk mereka yang bahkan tidak Icha ketahui namanya tapi menemani Icha dengan kebaikannya yang hanya Allah-lah yang mampu membalasnya.


Jakarta, 23 Mei 2013