Senin, 20 Oktober 2014

Titik Nadir

Pernah ga merasa sedang ada di sebuah titik dimana semua terasa menekan, tapi dilain pihak, lo merasa hidup lo penuh?

Itu yang Icha alami sekarang, Icha frustasi menghadapi semua pertanyaan yang sepertinya cuma bisa dijawab sama waktu, tapi kurang sabar untuk menunggu jawabannya.

Icha, bahagia, sebagai isteri, sebagai pengajar bimbel, sebagai anak dan menantu.

Bahagia menjadi isteri dari seorang suami yang lumayan sabar (kecuali kalau beliau sudah sangat lelah)
Bahagia menjadi pengajar NF dimana semua terasa jauh lebih menyenangkan setelah masa - masa Ekonomi Mikro dilalui. (eaaa)

Bahagia lahir dari orang tua penuh cinta dan sering kali memikirkan Icha dalam doa, tidak menuntut ini itu dan lebih legowo akhir - akhir ini.

Bahagia menjadi menantu mertua Icha yang punya mertua perhatian tapi tanpa nyinyir akan keberadaan cucu yang belum ada dirahim Icha.

Disuatu sisi, Icha merasa hampa, semua kerja keras ini, semua kekosongan ini, seolah menumpuk tanpa bisa dinikmati oleh dia yang kami sebut anak.


Titik Nadir terekstrim Icha adalah merasa sia - sia ketika berdoa, merasa semua yang Icha pinta seolah tidak akan pernah terwujud, padahal banyak hal dalam hidup Icha yang terwujud dengan sempurna. Jangan lupa, kadang dapat bonus tambahan dari Allah. Bersyukurkah Icha?

--Nyaris Tidak--


Tidak ada komentar:

Posting Komentar