Selasa, 02 Februari 2016

Rumah Setengah Jadi, Hujan, dan Kucing

Sore ini, sepulang sekolah, Memong -Kucing yang sudah 4 bulan ini kami adopsi- mengeong keras dari ruang tamu. Menunggu pintu terbuka. Teringat jelas, 5 hari lalu, saat kunci rumah hilang, Memong sampai memanjat teralis jendela rumah kami untuk sekedar melihat Icha yang tidak juga masuk walau sudah lama parkir.

Hujan menghalangi keinginan Memong untuk berlari ke depan rumah dan melakukan ritual mengelilingi motor atau sekedar duduk diteras rumah.

Icha segera menangkapnya dan membawanya keteras agar terpercik air hujan dan kemudian terpingkal melihat Memong menyerbu masuk tidak sampai sedetik kemudian.

Menaruh semua pakaian basah ditempat baju kotor, lalu refleks ke kamar bbelakang dan membersihkan muka.

Icha tersadar, sudah hampir beberapa minggu begitu cuek dengan muka yang kusam pulang dari sekolah.

Sambil berdiri depan kaca, mata Icha melihat melalui cermin ke jendela kamar belakang, sejak pindah seminggu lalu, pintu belakang tidak pernah dibuka. Sekedar jengah dan bikin stres melihat rencana membuat dapur di lahan itu berantakan.

Sore ini, sambil memandang ke lahan dibelakang rumah, Icha dan Memong sama - sama sibuk dalam pikiran masing - masing. Sang Manusia, Icha, sedang merenungi, apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup kami saat ini.

Sampai tanggal 12 Januari 2016, kehidupan begitu sempurna untuk keluarga kecil Icha, rumah yang sedang dibangun, kucing kecil yang berlarian disekitar kami, rejeki yang lancar, kesehatan yang normal. Semua sempurna.

Dalam sekejap, Allah membalikkannya, sejak saat itu, sejak tidak sengaja menabrak nenek - nenek itu, kehidupan begitu membuat sesak. Tiap pekan, Icha harus mengeluarkan setengah juta untuk nenek itu. Entah sampai kapan.

Rumah sekedar menjadi rumah setengah jadi, rumah yang tidak akan membuat Icha mengundang siapapun kerumah ini hingga siap. Tapi sengaja mengundang keluarga icha dan Mas Eka sebagai pertanggung jawaban atas keteledoran kami mengambil keputusan.

Di ambang pintu belakang, Icha menaruh harap akan rencana indah hadiah dari Allah atas semua ini. Sejujurnya, cobaan kebelakang kemarin, benar - benar menghantam Icha saat itu. Walau begitu, sejak sakit kemarin Icha seolah me-recharge diri lagi. Ternyata sakit memberikan banyak waktu untuk Icha merasa sendiri, merasa butuh.

Di pintu belakang rumah setengah jadi, Icha melirik ke arah Memong yang sibuk memperhatikan hujan yang turun. Merasa bahagia memiliki Mas Eka, Memong, Ajo Aish, Mama, dan Daffi.

Walau apa yang terjadi, Icha merasa sangat beruntung memiliki dan dimiliki oleh orang - orang -dan kucing- yang terus mendukung walau semua terasa begitu berat.

Di pintu belakang rumah setengah jadi, maka tidak salah yang Icha minta pada Allah diawal semua ini terjadi, kesabaran, kesyukuran, karena itu yang Icha butuhkan.

Di pintu belakang rumah setengah jadi, tiba - tiba tersenyum dan merasa bodoh karena merasa tertekan dengan semua yang sedang dan telah terjadi, padahal belum seberapa dibanding banyak manusia yang lain.


Serang, Rumah Setengah Jadi
02 02 2016 16:15

Marrisa Syarif Tanjung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar