Selasa, 28 Februari 2017

Mom To Be... (Part 3)

Desember 2016

Sejujurnya saya menunggu Bulan Desember datang. Akhirnya libur selama 2 pekan.
Diakhir bulan, jelang ulang tahun pernikahan, suami malah dinas luar sebagai panitia LDKS di Cipanas, berhubung saya belum libur, saya sendirian di Serang selama 4 hari.

Jadi, selama hamil, ada beberapa makanan yang menjadi apa ya istilahnya, "ngidam"-nya saya. 
1. Kecapi (Berhasil dibeli di Baros jelang usia kandungan 10 pekan)
2. Lontong Padang +Sala. Ini makanan bikin saya Baper parah, karena saya menginginkan ini makanan hampir 3 bulan. Sudah sampai tahap nangis - nangis dan ngambek parah sama Mama, Ajo Aish, dan Eka Dermawan. Parahnya mereka cuma ngetawain saya. Kan sebeeeeel.
3. Dan terakhir, strawberry, ini inginnya sih sudah dari awal hamil, tapi tidak membuat saya sangat ingin seperti lontong padang. Saya masih bisa santai dan mencari dengan tanpa nafsu. Dan baru terwujud bulan Desember.

(Setelah makanan ini, tetap ada sih makanan - makanan yang kepingin saya makan selama hamil)

Setelah suami pulang dari LDKS, kami malah terjebak di Serang nyaris sampai pergantian tahun. Mulai dari pemberkasan pindah jadi pegawai provinsi hingga sekedar malas meninggalkan Bule sendirian di Serang.

Akhirnya, 28 Desember 2016, kami pulang ke Jakarta, besoknya, kami ke Tangerang, tanggal 31 Desember kami kembali ke Jakarta, dan 1 Januari kembali ke Serang.

Kandungan saya?
Alhamdulillah baik baik saja dan kuat diajak bolak balik dalam waktu yang sesingkat itu. Tapi jangan tanya porsi makan saya. Hehehe.

Sekembalinya ke Serang, saya cek ke dokter, ternyata berat badan saya hanya bertambah 1 kilo, sednag janin saya bertambah 400 gram.

Senin, 20 Februari 2017

Mom To Be... (Part 2)

Sepetember 2016

Semua berjalan lancar, nyaris tidak ada kendala apapun, paling Pak Suami yang sedang keranjingan memaksa saya meminum susu hamil.

Oktober 2016

Tidak ada yang istimewa selain saya mulai intensif muntah - muntah, mulai iseng cari - cari dokter kandungan, mulai mikir mau lahiran dimana. Makin menjadi makan buahnya, mulai menghindari mie instan, minuman berpengawet dan beroksidasi.

Salah satu yang menjadi topik pembahasan dirumah antara saya, suami, dan Bulenong (ini kucing saya, ah saya bahkan lupa bercerita tentang kepergian Memong dan kedatangan Bulenong dirumah ini), adalah mau tinggal di Serang atau tinggal sementara di Tunjung Teja. Mengontrak rumah sementara sampai lewat trisemester 1 atau trisemester 2.

Sesuatu yang akhirnya cuma jadi wacana. 

Hingga..

Minggu terakhir dibulan September 2016, saya untuk pertama kalinya mengalami keputihan yang kecokelatan, sampai saya sendiri tidak yakin ini keputihan atau flek darah. Tapi tetap saja, akhirnya, ketika dibawa ke dokter kandungan saya, saya harus bedrest selama 3 hari, pas dibawa ke bidan langganan saya, saya juga dikasih surat untuk ijin sakit selama 3 hari. Total seminggu saya bedrest dirumah.
Tapi jangan bayangkan bedrest versi saya adalah benar - benar tidak beranjak dari tempat tidur, pastinya tidak, bedrest versi saya adalah tetap membersihkan rumah semampu saya. Hahaha.

Diakhir pekan, mama dan Ajo Aish, Daffi, Mba Dwi, dan Adibah datang ke Serang, keputusannya, saya harus mengontrak di Tunjung.

November 2016
Tanggal 4 November, setelah mama memaksa saya untuk ngontrak di Tunjung, saya mulai mengalami masa - masa alay ga bisa jauh dari rumah. Yang ada di otak saya hanya Bulenong, dan Televisi.

Ditambah tetangga sebelah rumah yang sedang membangun rumahnya dengan gaya seenaknya, main ambil lahan garasi saya, main parkir kendaraan seenaknya pas didepan garasi saya, mengambil bata saya seenaknya, yang paling parah, tukangnya dengan iseng membuang puntung rokok ke kamar belakang melalui kisi - kisi lubang udara.

Sesuatu yang membuat saya ragu meninggalkan rumah.

Tapi, mulai tanggal 5 November, untuk pertama kalinya saya menempati rumah kontrakan di Tunjung.

Rasanya? Tidak betah, saya benar - benar ingin pulang ke Serang.

Tanggal 6 November 2016, suami membawa Bulenong ke Tunjung, saya sedikit lebih tenang. Setidaknya tidak terlalu sepi menunggu suami sampai kerumah.

Tanggal 7 November 2016, sebelum shalat isya, saya mendapati dua titik darah merah di celana dalam saya, jika sebelumnya hanya cokelat yang seperti darah, kali ini saya benar - benar melihat dua titik kecil darah dicelana dalam saya.

Panik, ketakutan, akhirnya telepon Ajo Aish, telepon suami susah sekali diangkat karena sedang dalam perjalanan ke Tunjung. 15 menit setelah adegan panik, suami sampai dirumah.

Jelang jam 21.30, kami memutuskan ke Serang. Belum sampai Serang, kami sempat mencari klinik yang buka 24 jam, walau seadanya tapi setidaknya masih ada mesin USGnya, beruntung, janin diperut saya baik - baik saja. Karena obat penguat janin dari dokter kandungan saya di Serang masih ada beberapa butir, saya putuskan untuk menunda perjalanan ke Serang malam itu, kami kembali ke kontrakan dan istirahat.

Pagi hari, kami pulang ke Serang, ternyata keputihan parah. Solusinya kembali Bedrest untuk 1 minggu kedepan.


Pertengahan November, saya malah pelatihan di Bandung. Memulai kegiatan sebagai Ibu Pekerja.

Jumat, 17 Februari 2017

Mom To Be.. (Part 1)

Juli 2016,
Suasana duka masih menyelimuti, kepergian bapak mertua masih kuat mempengaruhi suami. Dan saya, sudah hampir sebulan tidak kedatangan si menstruasi.

Ini bukan kali pertama saya telat datang bulan. Reaksi saya seperti kebanyakan orang adalah berharap kemudian saya tepis, ah, toh dimasa lalu, saya pernah hampir 2 bulan tidak kedatangan tamu bulanan. Kenapa sekarang saya anggap berbeda. 

Kegiatan Juli dimulai lagi, pertengahan Juli setelah lebaran masuk lagi seperti biasa. Saya ngebut lagi ke Tunjung, tetap seperti biasa. Pernah sekali, ketika sedang menunggu lampu menjadi hijau di perempatan Boru, tiba - tiba terlintas, kalau saya hamil bagaimana ya?

Jawab saya pongah, kalau saya hamil, anak ini harus mengikuti ritme hidup saya dan suami. Karena beginilah adanya keluarga kami.


Agustus 2016
Waktu berlalu hingga pertengahan Agustus, saya tiba - tiba merasakan gejala vertigo, benar - benar pusing dan berkunang, ke dokter klinik langganan dan hasilnya, dirujuk ke bagian penyakit dalam. Saya merenung, diusia semuda ini, dengan jarak tempuh kerja yang jauh dan naik motor setiap hari, saya sangat ingin menangis.
Tapi, seperti biasa, saya dan suami hanya mampu pasrah.

Sempat juga saya nekad ke Jakarta karena Ayah Uwo sakit dan dirawat di UKI. Sampai sana, muka saya pucat, kepala saya pusing luar biasa, dan niat awal saya ingin menunggui ayah uwo di rumah sakit terpaksa batal demi kesehatan saya sendiri.


Awal Agustus, saya masih sempat ikut ke Purwakarta ke rumah baru Uncu dan Tante Wiwi. Selama perjalanan pulang dan pergi, saya menguasai bangku belakang di mobil Nanung (yang sebenarnya kursi belakang adalah deretan kursi dengan guncangan terkuat dari semua susunan kursi di mobil). Sepanjang perjalanan saya hanya mampu tidur.

Akhir Agustus, sepulang sekolah, badan saya meriang, rasanya seperti gabungan masuk angin parah dan maag yang kambuh. Saya WA suami, bilang maaf karena hari ini tidak sanggup membersihkan rumah seperti biasa. Reaksi suami, menyuruh saya tidur tanpa memikirkan kerjaan rumah. Yang penting kamu sembuh dulu, itu katanya.

Ketika rebahan, tiba - tiba saya merasa sangat mual. Belum sampai ke kamar mandi, saya sudah muntah dikamar, mengenai kasur, reaksi saya, langsung membereskan muntahan saya dan menjemur spring bed. Terbayangkan, saya mengangkat spring bed sendirian (padahal saat itu saya sedang hamil muda)

Sepulangnya suami, kami memutuskan untuk ke dokter, suami sudah bertekad untuk cek darah karena khawatir penyakit saya lebih dari sekedar masuk angin, maag atau vertigo.

Sampai diklinik waktu menunjukkan pukul 20.45, 15 menit lagi sebelum klinik tutup.
Konsulasi dengan dokter hingga dokter sampai pada pertanyaan:

Kapan terakhir kali menstruasi?

Saya: 25 Juni 2016 (saya ingat karena hari itu buka bersama di Saung Mang Engking Depok bersama mama, ajo, Daffi, Adibah, bu Ning, dan mba Dwi)

Dokter Badiyah : Sudah hampir 2 bulan ya, sudah testpack?
Saya: Belum Dok, palingan hasilnya sama
Dokter Badiyah : Coba testpack saja ya?
Saya : Kayaknya ga usah dok.
Dokter Badiyah : Jangan begitu, siapa tahu, Allah memberi disaat yang paling tepat kan.

Setelah desakan Suami dan Dokter Badiyah, saya ke kamar mandi klinik dan Testpack, hasilnya?

DUA GARIS PINK.

Refleks saya menangis masuk ke ruang konsultasi lagi. Saya ingat tangan saya gemetar menunjukkan hasil testpack pada suami saya. Rasanya terlalu tidak mungkin untuk saya. Seringkali saya bilang,
""Hamil itu hak preogratif Allah, mau usaha sekeras apapun, mau usaha kemanapun, kalau Allah  bilang belum ya artinya belum. Kalau Allah sudah berkehendak mau melawan seperti apapun, pasti akan  hamil.""

Dan itu terjadi pada saya.

Keluar dari klinik langsung telepon Mama. Reaksi Mama,

Yang benar? Coba test ulang nanti. Beneran ga nih?

Lalu telepon ibu mertua, reaksi ibu mertua adalah menangis.

Keduanya mengingatkan saya dan suami untuk benar - benar menjaga calon janin ini.

Oh ya, saya ingat, itu tanggal  23 Agustus 2016.

Keesokannya, saya memeriksakan diri ke RSUD Kab, Serang. untuk pertama kalinya saya bertemu dengan janin saya. Usia Kandungan saya sudah 7 minggu. Sudah terbentuk kantong janin dan sudah ada janin yang sehat didalamnya.

Saya ingat tidak berhenti tersenyum, tidak lepas bergandengan tangan dengan suami saya. Dan tanpa kami sadari, mulai hari itu, 24 Agustus 2016, suami menjadi posesif terhadap segala gerak dan tingkah laku saya.

Pulang dari RSUD, alih  - alih saya malah ke Karang Bolong untuk pelatihan kurikulum selama 4 hari.

Dan perjalanan Mom To Be saya dimulai...