Senin, 20 Februari 2017

Mom To Be... (Part 2)

Sepetember 2016

Semua berjalan lancar, nyaris tidak ada kendala apapun, paling Pak Suami yang sedang keranjingan memaksa saya meminum susu hamil.

Oktober 2016

Tidak ada yang istimewa selain saya mulai intensif muntah - muntah, mulai iseng cari - cari dokter kandungan, mulai mikir mau lahiran dimana. Makin menjadi makan buahnya, mulai menghindari mie instan, minuman berpengawet dan beroksidasi.

Salah satu yang menjadi topik pembahasan dirumah antara saya, suami, dan Bulenong (ini kucing saya, ah saya bahkan lupa bercerita tentang kepergian Memong dan kedatangan Bulenong dirumah ini), adalah mau tinggal di Serang atau tinggal sementara di Tunjung Teja. Mengontrak rumah sementara sampai lewat trisemester 1 atau trisemester 2.

Sesuatu yang akhirnya cuma jadi wacana. 

Hingga..

Minggu terakhir dibulan September 2016, saya untuk pertama kalinya mengalami keputihan yang kecokelatan, sampai saya sendiri tidak yakin ini keputihan atau flek darah. Tapi tetap saja, akhirnya, ketika dibawa ke dokter kandungan saya, saya harus bedrest selama 3 hari, pas dibawa ke bidan langganan saya, saya juga dikasih surat untuk ijin sakit selama 3 hari. Total seminggu saya bedrest dirumah.
Tapi jangan bayangkan bedrest versi saya adalah benar - benar tidak beranjak dari tempat tidur, pastinya tidak, bedrest versi saya adalah tetap membersihkan rumah semampu saya. Hahaha.

Diakhir pekan, mama dan Ajo Aish, Daffi, Mba Dwi, dan Adibah datang ke Serang, keputusannya, saya harus mengontrak di Tunjung.

November 2016
Tanggal 4 November, setelah mama memaksa saya untuk ngontrak di Tunjung, saya mulai mengalami masa - masa alay ga bisa jauh dari rumah. Yang ada di otak saya hanya Bulenong, dan Televisi.

Ditambah tetangga sebelah rumah yang sedang membangun rumahnya dengan gaya seenaknya, main ambil lahan garasi saya, main parkir kendaraan seenaknya pas didepan garasi saya, mengambil bata saya seenaknya, yang paling parah, tukangnya dengan iseng membuang puntung rokok ke kamar belakang melalui kisi - kisi lubang udara.

Sesuatu yang membuat saya ragu meninggalkan rumah.

Tapi, mulai tanggal 5 November, untuk pertama kalinya saya menempati rumah kontrakan di Tunjung.

Rasanya? Tidak betah, saya benar - benar ingin pulang ke Serang.

Tanggal 6 November 2016, suami membawa Bulenong ke Tunjung, saya sedikit lebih tenang. Setidaknya tidak terlalu sepi menunggu suami sampai kerumah.

Tanggal 7 November 2016, sebelum shalat isya, saya mendapati dua titik darah merah di celana dalam saya, jika sebelumnya hanya cokelat yang seperti darah, kali ini saya benar - benar melihat dua titik kecil darah dicelana dalam saya.

Panik, ketakutan, akhirnya telepon Ajo Aish, telepon suami susah sekali diangkat karena sedang dalam perjalanan ke Tunjung. 15 menit setelah adegan panik, suami sampai dirumah.

Jelang jam 21.30, kami memutuskan ke Serang. Belum sampai Serang, kami sempat mencari klinik yang buka 24 jam, walau seadanya tapi setidaknya masih ada mesin USGnya, beruntung, janin diperut saya baik - baik saja. Karena obat penguat janin dari dokter kandungan saya di Serang masih ada beberapa butir, saya putuskan untuk menunda perjalanan ke Serang malam itu, kami kembali ke kontrakan dan istirahat.

Pagi hari, kami pulang ke Serang, ternyata keputihan parah. Solusinya kembali Bedrest untuk 1 minggu kedepan.


Pertengahan November, saya malah pelatihan di Bandung. Memulai kegiatan sebagai Ibu Pekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar