Jumat, 17 Februari 2017

Mom To Be.. (Part 1)

Juli 2016,
Suasana duka masih menyelimuti, kepergian bapak mertua masih kuat mempengaruhi suami. Dan saya, sudah hampir sebulan tidak kedatangan si menstruasi.

Ini bukan kali pertama saya telat datang bulan. Reaksi saya seperti kebanyakan orang adalah berharap kemudian saya tepis, ah, toh dimasa lalu, saya pernah hampir 2 bulan tidak kedatangan tamu bulanan. Kenapa sekarang saya anggap berbeda. 

Kegiatan Juli dimulai lagi, pertengahan Juli setelah lebaran masuk lagi seperti biasa. Saya ngebut lagi ke Tunjung, tetap seperti biasa. Pernah sekali, ketika sedang menunggu lampu menjadi hijau di perempatan Boru, tiba - tiba terlintas, kalau saya hamil bagaimana ya?

Jawab saya pongah, kalau saya hamil, anak ini harus mengikuti ritme hidup saya dan suami. Karena beginilah adanya keluarga kami.


Agustus 2016
Waktu berlalu hingga pertengahan Agustus, saya tiba - tiba merasakan gejala vertigo, benar - benar pusing dan berkunang, ke dokter klinik langganan dan hasilnya, dirujuk ke bagian penyakit dalam. Saya merenung, diusia semuda ini, dengan jarak tempuh kerja yang jauh dan naik motor setiap hari, saya sangat ingin menangis.
Tapi, seperti biasa, saya dan suami hanya mampu pasrah.

Sempat juga saya nekad ke Jakarta karena Ayah Uwo sakit dan dirawat di UKI. Sampai sana, muka saya pucat, kepala saya pusing luar biasa, dan niat awal saya ingin menunggui ayah uwo di rumah sakit terpaksa batal demi kesehatan saya sendiri.


Awal Agustus, saya masih sempat ikut ke Purwakarta ke rumah baru Uncu dan Tante Wiwi. Selama perjalanan pulang dan pergi, saya menguasai bangku belakang di mobil Nanung (yang sebenarnya kursi belakang adalah deretan kursi dengan guncangan terkuat dari semua susunan kursi di mobil). Sepanjang perjalanan saya hanya mampu tidur.

Akhir Agustus, sepulang sekolah, badan saya meriang, rasanya seperti gabungan masuk angin parah dan maag yang kambuh. Saya WA suami, bilang maaf karena hari ini tidak sanggup membersihkan rumah seperti biasa. Reaksi suami, menyuruh saya tidur tanpa memikirkan kerjaan rumah. Yang penting kamu sembuh dulu, itu katanya.

Ketika rebahan, tiba - tiba saya merasa sangat mual. Belum sampai ke kamar mandi, saya sudah muntah dikamar, mengenai kasur, reaksi saya, langsung membereskan muntahan saya dan menjemur spring bed. Terbayangkan, saya mengangkat spring bed sendirian (padahal saat itu saya sedang hamil muda)

Sepulangnya suami, kami memutuskan untuk ke dokter, suami sudah bertekad untuk cek darah karena khawatir penyakit saya lebih dari sekedar masuk angin, maag atau vertigo.

Sampai diklinik waktu menunjukkan pukul 20.45, 15 menit lagi sebelum klinik tutup.
Konsulasi dengan dokter hingga dokter sampai pada pertanyaan:

Kapan terakhir kali menstruasi?

Saya: 25 Juni 2016 (saya ingat karena hari itu buka bersama di Saung Mang Engking Depok bersama mama, ajo, Daffi, Adibah, bu Ning, dan mba Dwi)

Dokter Badiyah : Sudah hampir 2 bulan ya, sudah testpack?
Saya: Belum Dok, palingan hasilnya sama
Dokter Badiyah : Coba testpack saja ya?
Saya : Kayaknya ga usah dok.
Dokter Badiyah : Jangan begitu, siapa tahu, Allah memberi disaat yang paling tepat kan.

Setelah desakan Suami dan Dokter Badiyah, saya ke kamar mandi klinik dan Testpack, hasilnya?

DUA GARIS PINK.

Refleks saya menangis masuk ke ruang konsultasi lagi. Saya ingat tangan saya gemetar menunjukkan hasil testpack pada suami saya. Rasanya terlalu tidak mungkin untuk saya. Seringkali saya bilang,
""Hamil itu hak preogratif Allah, mau usaha sekeras apapun, mau usaha kemanapun, kalau Allah  bilang belum ya artinya belum. Kalau Allah sudah berkehendak mau melawan seperti apapun, pasti akan  hamil.""

Dan itu terjadi pada saya.

Keluar dari klinik langsung telepon Mama. Reaksi Mama,

Yang benar? Coba test ulang nanti. Beneran ga nih?

Lalu telepon ibu mertua, reaksi ibu mertua adalah menangis.

Keduanya mengingatkan saya dan suami untuk benar - benar menjaga calon janin ini.

Oh ya, saya ingat, itu tanggal  23 Agustus 2016.

Keesokannya, saya memeriksakan diri ke RSUD Kab, Serang. untuk pertama kalinya saya bertemu dengan janin saya. Usia Kandungan saya sudah 7 minggu. Sudah terbentuk kantong janin dan sudah ada janin yang sehat didalamnya.

Saya ingat tidak berhenti tersenyum, tidak lepas bergandengan tangan dengan suami saya. Dan tanpa kami sadari, mulai hari itu, 24 Agustus 2016, suami menjadi posesif terhadap segala gerak dan tingkah laku saya.

Pulang dari RSUD, alih  - alih saya malah ke Karang Bolong untuk pelatihan kurikulum selama 4 hari.

Dan perjalanan Mom To Be saya dimulai...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar