Minggu, 02 Desember 2012

Menua

Bismillah, pulang dari rumah sakit. yep, akhirnya sejak postingan terakhir Icha, papa resmi menghuni sementara Rumah Sakit Islam Cempaka Putih.

Bersyukur yang tidak terkira, karena penyebab serangan kemarin tidak sampai pada tingkat stroke, sebagai anak gadis satu-satunya, Icha sangat berharap di-walikan papa ketika menikah nanti, yaaa sekedar mengingatkan, 2Pekan 6Hari lagi Icha, Insya Allah akan menikah.

Mencermati perilaku papa selama dirawat, membuat Icha tersadar papa semakin tua, pagi ini bahkan gigi papa ada yang copot, yang membuat senyum papa terasa janggal. Hehehe. Mencermati usia ketiga anak papa, yang tertua, Ajo, sudah berumur 27 Tahun, Icha beda hanya beberapa tahun, dan yang termuda, Dek Dut, 10 Tahun.

Hmmm, menyadari kerut-kerut di wajah letih Papa, mendengarkan keluhan papa ke hampir semua kerabat yang menjenguknya, makin menyiratkan jelas, papa makin menua. Keras kepala khas orang tua juga semakin tampak. Keengganan menerima nasihat dan keyakinan paling benar juga semakin tampak, setidaknya Icha pun melihat Ayah Uwo seperti ini ketika sedang sakit. Alih - alih menegarkan diri, malah terlihat semakin ketara menuanya.

Apapun itu, Icha mulai menyadari betapa jauhnya Icha dengan Papa. Kalau kata Mama, Icha ini teman berantemnya Papa. Pendapat Icha dan Papa nyaris berbenturan hampir disegala hal. Walau kami juga saling menyayangi khas ayah-anak perempuan dengan cara yang hanya kami mengerti sendiri.

Menyeka wajah papa siang ini, membuat Icha kembali mengingat masa - masa jadi anak kesayangan Papa dimasa kecil, Si Anak Kesayangan yang nyaris tidak ingin berpisah dari Papa apapun alasannya. Hingga mengorbankan kesempatan ke Singapura gratis hanya demi bisa ikut Papa pulang ke Jakarta.

Atau ketika dilain kesempatan Mama-Papa tidak sepaham, dan Papa memilih untuk keluar sebentar dari rumah, dalam diam dimalam hari, Icha memilih memeluk baju Papa dengan tangisan pengantar tidur. Hehehe.

Ketika waktu beranjak dan kesibukan meningkat, ketika tanda sebagai wanita dewasa semakin terpancar, Icha mulai merasa renggang dengan papa, bahkan hingga dirasa banyak orang sebagai opponent dari Papa.

Dan malam ini, Icha menangis, menangis disebabkan rindu pada masa - masa kecil itu, menangisi keadaan papa sekarang, dan menangis takut jelang keluar dari perlindungan Papa.

+Catatan seorang anak perempuan Papa+
Jakarta, 2 Desember 2012, 20:39

Tidak ada komentar:

Posting Komentar