Selasa, 19 Februari 2013

Les Misarables (resensi film)



Yup, beberapa tahun yang lalu sempat meminjam novel ini di Perpumda. Sempat dibaca setengah setelah itu dikembalikan karena memang agak beda genre sama buku-buku fiksi yang sering Icha baca.

Beberapa waktu lalu Mas Eka pulang dengan membawa film ini. Suamiku itu bukan seorang laki-laki yang memiliki mulut manis yang mengumbar kata-kata sayang atau cinta di penjuru rumah, tapi laki-laki yang melakukan cintanya. yap, melakukan cintanya dengan perbuatan. Salah satunya, membelikan banyak film (walau bajakan) dan banyak buku (ini ga bajakan ya). Ehehehe.

Film ini sempat mengendap gitu aja di lemari penyimpanannya. Agak malas menghibur diri dengan menonton film tanpa mas sebenarnya. Tapi, sesiangan setelah pulang sekolah, Icha memutuskan untuk menonton film ini.

Film ini berlatar Prancis di Tahun 1800-an. Oke, Icha agak bingung sebenarnya, soalnya film ini berangka 1800an tapi kan revolusi prancis 1790-an ya?

Hm,, ini lah akibatnya nonton sambil mikir, jadi inget sensasi nonton "A Good Day to die Hard" yang bikin Icha berpikir kok bisa ke Chernobyl tanpa pakaian astronout ya? Ahahaha.

Nah, film ini berkisah tentang seorang mantan narapidana bernama Jean Valjean. Dipenjara selama 20 tahun karena mencuri sepotong roti untuk keponakannya (kalau  ga salah denger, secara mereka dialognya sambil nyanyi sih, ahahaha). Sebelum bebas sempat terjadi percakapan antara Jean (yang dapat nomor panggilan 24061) dengan sipir penjara (Icha sih mikirnya ini kepala sipir kayaknya) bernama Javier.

Jean kemudian terjebak dalam sebuah keadaan dimana dia ditolak dimana-mana karena pada jaman itu orang asing pasti akan ditanyain mana surat keteranganmu. Agak nyeri gimana gitu nonton adegan ini, ada kata-kata Jean yang menyesakkan dada, "Tolonglah saya kedinginan dan kelaparan" Huaaa tega.

Sampai dia jalan ga tentu arah dan sampai di sebuah perkuburan yang kemudian ditemukan oleh seorang pastor. Sama pastor ini Jean disuruh masuk, dikasih makan dan disediakan tempat untuk tidur. Tapi ternyata yaa namanya orang yang merasa terbuang ya booo, Jean malah mengambil peralatan perak dari rumah pastor itu.

Paginya, Jean ditangkap polisi dan diserahkan ke Pastor itu, tapi ternyata pastor itu malah mengiyakan bahwa peralatan perak yang diakui Jean diberi oleh pastor itu. Ini lah titik balik dari seorang Jean Vanjean.

Bertahun berlalu, Jean kemudian malah menjadi seorang Walikota disebuah kota kecil sekaligus pemilik pabrik yang sukses, juga terkenal dengan kedermawanannya.

Kehidupan membawa Jean bertemu dan mengikat janji pada  Fantine. Hingga akhirnya kehidupan Jean benar-benar berubah sejak Cossette masuk dalam hidupnya dan Jean menjadi ayah.

(maaf ya agak maksa dipotongnya, soalnya kurang seru kalau ga nonton sendiri kan)

Nonton sendiri dah.

Filmnya berdurasi 2 jam 37 menit. Panjang memang, ya wajar sih, novelnya juga setebal apaan tau tuh. Ini film musikal yang kereeen abis buat Icha, beberapa adegan Icha suka.

Misalnya adegan Jean mengakui jati dirinya ke banyak orang dipengadilan.
Adegan teman-teman Marios ditembak mati ditempat
Adegan pernikahan dan acara pamitannya Cossette ke Jean yang langsung meninggal begitu ketemu cossette dan Marios.

Pemain:
Hugh Jackman as Jean Valjean
Russell Crowe as Javier (agak ga suka sama pilihan hidupnya diakhir hayatnya, ga macho aja gitu)
Anne Hathaway as Fantine (cantik banget pas rambutnya panjang)
Amanda Seyfried as Cosette
Eddie Redmayne asMarios Pontmercy (Sumpah gaya rambutnya mirip Tintin, ahaha)
Helena Bonham Carter as Emak-emak galak di hotel tempat Cosette dibesarkan (eh dia ini si Bellatrix di film Harpot loh)
Sacha Baron Cohen as Suaminya si Helena di Film ini
Samantha Barks as Eponine (eksotis sayang si Marios suka yang Erop aje booo, piss. Eh tapi efek kebanyakan nonton sinetron sempat menyangka Eponine akan seperti emak lampir di sinetron - sinetron itu loh yang cinta ditolak berubah jadi setan, ahahaha, piss daaah)

Huaa, sedikit film yang bisa memberi efek, tapi film ini akan memberi efek walaupun tidak panjang, tapi akan ada nilai - nilai yang menurut Icha okeh difilm ini.

Tentang bagaimana bangkit dari keterpurukan
Bagaimana yakin pada keputusan dan bagaimana hidup dalam keyakinan dan keteguhan memegang prinsip.

-Ditemani sepotong Better-
Jakarta, 19 Februari 2013, 6:32

Tidak ada komentar:

Posting Komentar