Selasa, 13 November 2012

Sudut Pandang

Bismillah..

Apa yang paling menyebalkan menjadi seorang guru sekarang ini?

Salah satunya, sepengalaman Icha adalah ketidak adaan dukungan dari orang tua siswa terhadap guru.
Membingungkan sangat bagi Icha pribadi, bagaimana orang tua menempatkan diri pada posisi sebagai opponent (seolah musuh) bagi guru.

Ketika siswa diberi PR sebanyak 20 butir, dimana soal itu cuma soal isilah yang jawabannya cuma satu kata, seorang orang tua siswa datang kesekolah dan bilang itu kebanyakan.

Ketika Icha marah dan mengeluarkan suara tinggi, dia bilang Icha galak dan menghasut orang tua siswa lain untuk keluar dan mengeluarkan Icha dari sekolah ini (actually, Icha memang sudah berniat keluar kok)

Kemarin, dapat kabar dari tetangga sebelah, ada seorang guru yang orang tua muridnya mencak - mencak kesekolah karena anaknya di jewer,

Kasusnya, anak ini apa ya (bukan psikolog sih, jadi agak takut menjudge macem - macem) kayak hiperaktif gitu. Semua barang dia dan teman - temannya dilempar kesana - sini, nah guru muda ini nyuruh anak ini duduk, bukannya duduk dia malah lari - lari. Akhirnya terjadilah adegan menjewer telinga si anak.

-sejujurnya, buat siapapun yang tidak setuju dengan konsep si guru ini, tolong deh, gantikan Icha atau si guru ini untuk mengajar dikelas dengan 30-40 siswa yang semuanya ngomong, yuk kita uji kesabaran kita-

Ternyata si anak ngadu ke orang tuanya, dan si orang tua sampai men-visum si anak dan marah - marah datang ke sekolah. Beruntung loh sebenarnya si orang tua ini, siswanya bukan anak Icha, karena yang ada tuh orang tua akan Icha suruh gantiin Icha seharian dan akan Icha liatkan seperti apa perilaku anaknya.

Lain cerita terjadi pada kelas 1 (bahkan 2)
Bu Ning, Guru kelas 1 sering loh membereskan dan membilas bekas BAB siswa-siswanya, tapi tidak ada rasa bersalah atau permintaan maaf yang keluar dari orangtua siswa atas perilaku anaknya.

Ingin rasanya teriak
"Pak Bu, kami tidak bertanggung jawab penuh loh atas anak bapak ibu, setidaknya bukan untuk urusan kotoran anak bapak ibu."

Yang miris, ketika nilai anaknya jelek, Icha panggi orang tuanya ke sekolah, yang datang cuma setengah dari jumlah siswa yang dipanggil, kemana yang lain?
Entahah, bisa jadi, bagi mereka, sekolah adalah bentuk lain seperti penitipan anak.
Tapi, begitu pembagian raport, mereka lebih judes karena nilai anaknya jelek,,

Halllllloooooooo,,, setiap jam pelajaran durasinya 35 menit, setiap pelajaran durasinya 2 jam, setiap hari cuma 4-5 jam saya berinteraksi dengan anak ibu dan bapak, jadi saya butuh PR untuk melatih anak ibu da bapak dirumah, tapi mengapa ibu-bapak mengeluhkan jumlah PR?
Mengapa tidak mendampingi anak bapak - ibu belajar dirumah?
Mengapa cuma bisa menuntut?

 Jika kami memarahi anak bapak ibu selama disekolah karena PR yang tidak dikerjakan, nilai ulangan yang jelek, atau menjahili temannya berlebihan bapak-ibu akan datang kesekolah, bawa wartawan ecek-ecek, bawa polisi, dan lainnya

Jika kami terluka karena anak bapak - ibu, baret-baret akibat ditendang anak bapak-ibu, kami juga kah yang salah?

*emosi

SDN CBU 10, Marrisa Syarif Tanjung, S.Pd


Tidak ada komentar:

Posting Komentar